Saveupdata.com -Kota Surabaya sekarang menuai banyak penghargaan. Di balik segudang
penghargaan ternyata banyak cerita yang dialami Wali Kota Tri
Rismaharini di masa lalu.
Wali Kota yang dikenal cukup dekat dengan Ketua Umum PDIP Megawati
Soekarno Putri ini mengaku banyak mendapat tekanan dan ancaman saat
membuat terobosan sistem anti korupsi berupa e-Budgeting, e-Procurement
maupun e-Controlling.
Tri Rismaharini pada saat pembuatan sistem itu masih menjabat sebagai
Kepala Bagian Bina Program Pembangunan Kota Surabaya. Wali Kota
Surabaya masih dijabat Bambang DH.
Risma yang akan mengakhiri masa tugasnya sebagai wali kota pada
September 2015 ini blak-blakkan mengungkap kisahnya di hadapan pelajar
dan mahasiswa serta entreprenaur muda yang mengikuti klas 'Start
Surabaya' di Spazio, Surabaya, Minggu (22/3/2015).
Risma yang sekarang belum memutuskan untuk maju kembali dalam Pilkada
pada Desember 2015 itu siap menghadapi risiko apapun, meskipun harus
kehilangan nyawa sekalipun.
Ancaman datang secara bertubi-tubi ketika dirinya membuat
e-Procurement. Dengan e-procurement, masyarakat dapat memantau segala
perkembangan paket-paket pekerjaan yang dilelang Pemkot Surabaya secara
transparan.
Begitupula sistem E-procurement juga mempermudah proses penelitian
dokumen. Panitia pengadaan dapat melakukan evaluasi kualifikasi dan
penawaran secara cepat dan akurat dengan bantuan aplikasi
Selain itu, masyarakat juga dapat mengetahui pemenang tender dan
nilai proyek. Wali Kota juga dapat memantau sejauh mana perkembangan
lelang dengan mudah, sehingga kecurangan sekecil apa pun akan diketahui.
Namun dengan tujuan mulia itu justru Risma mendapat teror. Bahkan
keluarganya pun diancam dihabisi. "Saat bikin e-Procurement, apa yang
terjadi. Bukan aku tok yang diancam dibunuh. Keluargaku juga diancam
dibunuh, teror telpon nggak karu-karuan, gimana saat itu nggak ada
perlindungan," ungkap Risma.
Namun, Risma yang dikenal gigih dan pantang menyerah itu tak
menghiraukan segala ancaman yang diterima. Ia maju terus dengan sistem
E-procurement. Teror itu diabaikan.
"Tapi lama-lama ya sudahlah. paling mati, gitu aja," tambah Risma.
Tak cuma E-procurement, gagasan membuat e-Budgeting juga mendapat
perlawanan. Padahal perbuatan e-Budgeting yang melibatkan programer
mahasiswa itu telah menguras waktu, energi dan tenaga serta otak.
Saat e-Budgeting jadi dan tahap sosialisasi ke SKPD ternyata ada yang
tidak menyukai. Karena dengan sistem itu, dipastikan tidak ada satupun
pihak yang bisa memainkan anggaran.
"Tidak bisa ngentit, Tidak bisa ngakali ngakali. Marah semua. Saya
dilaporkan ke bapak wali kota. Saya pasrahkan ke wali kota. Ya terus
jalan, hingga terus sosialisasi saya bikin help desk. Enam bulan
sosialisasinya," terang Risma.
Kini Risma pantas berbangga. Karena sistem aplikasi yang diciptakan
bersama mahasiswa selama 6 bulan itu diterapkan di sejumlah kota dan
kabupaten di Tanah Air.
"Bupati-bupati wali kota saya training sendiri. Ini yang saya cari.
Di dalam programnya namanya jalan, tapi di dalamnya bagi-bagi duit. Ini
yang saya cari bu wali kota, saya dibohongi anak buah, kata bupati
bupati," kata Risma dengan tertawa.
sumber: detik.com