Bakat dua siswa SMA di Semarang Jawa Tengah ini patut diacungi
jempol. Berawal dari hobi bermain game sederhana, keduanya mampu
mengubah sabut kelapa menjadi rompi antipeluru yang ramah lingkungan.
Mereka adalah Aristio Kevin Ardyaneira Pratama (16) siswa kelas XI dan M. Iqbal Fauzi (15) siswa kelas XI MIA 5 SMAN 3 Semarang, Jawa Tengah. Kreativitas sains yang diberi nama Stab-resistant and Ballistic Vest Made from Coconut Fiber itu bahkan telah masuk dalam berbagai ajang bergengsi.
Seperti ajang 2nd International Science Project Olympiad (ISPrO) 2014 di Jakarta dan memperoleh medali perak. Kemudian di ajang Karyacipta Teknologi Tepat Guna di Semarang juga menyabet juara dua.
Namun, bagaimana proses pembuatan rompi antipeluru berbahan sabut
kelapa itu? Secara khusus, Kevin menceritakan detail pembuatan temuan
barunya.
Awalnya, kedua siswa berbakat di SMA 3 itu telah melakukan penelitian
selama berulang kali. Pemilihan bahan sabut, kelapa dipilih karena
dinilai memiliki tekstur kuat menahan berbagai hantaman dari luar.
“Sabut kelapa kami pakai karena saat ditarik-tarik ternyata kuat, ” kata Kevin di SMA 3 Semarang.
Setelah melakukan percobaan tahap pertama sempat gagal, karena rompi
antik berbahan sabut itu masih bisa ditembus peluru. Saat itu mereka
masih memilih bahan fiber, sabut kelapa, dan plat seng pada percobaan
pertama.
“Dulu masih ada seng-nya, sekarang sudah tidak pakai. Kami juga pernah coba pakai kain celana jeans tapi malah berat,” kata Kevin yang menceritakan bahwa penelitian itu dlakukan selama enam bulan.
Sempat gagal pada empat kali percobaan. Namun semangat anak bangsa
itu tak patah arang. Hasilnya positif. Percobaan kelima dan enam mereka
berhasil. Peluru milik TNI/Polri M-1911 kaliber 0.45 inci yang
dilontarkan dengan jarak 3 meter ternyata bisa memantul.
“Uji coba ini berhasil, setelah pelurunya mental dan kelebihan lainnya, rompi ini tidak bisa ditembus benda tajam,” ucap dia.
Semakin hari temuan mereka itu sudah mengalami kemajuan pesat. Dari
prototipe pertama yang memiliki tebal 2,5 sentimeter dan berat 6
kilogram, saat ini lapisan antipeluru dari sabut kelapa itu hanya
setebal 1,35 sentimeter dan berat 3 kilogram untuk dua lempeng di depan
dan belakang rompi.
Tak tanggung-tanggung, kedua bocah cerdas itu selalu bekerjasama
dengan TNI, Polisi, dan Perbakin untuk melakukan setiap uji coba rompi
antipeluru ajaib tersebut. Mereka berharap temuan itu, bisa dikembangkan
dan bisa menahan jenis peluru yang lebih berat. Sehingg ke depan,
produk mereka bisa dimanfaatkan TNI maupun Polri.
Berawal dari main game
Senada, Iqbal menambahkan, ide membuat rompi itu didapat dari hobi keduanya bermain game tembak-tembakan di PC seperti Counter strike dan Call of Duty. Game-game tersebut, kemudian memunculkan ide untuk membuat permainan anak-anak itu menjadi nyata dan bisa bermanfaat.
“Memang senang main game tembak-tembakan. Awalnya ingin buat
helm antipeluru, tapi banyak kendala, seperti harus membuat lengkungan.
Akhirnya jadi rompi antipeluru ini, ” kata dia.
Untuk biaya pembuatan lempengan rompi sendiri, kata dia, cukup murah
dan dapat dibuat dalam waktu singkat. Mereka hanya butuh Rp800 ribu
dalam mendapatkan setiap bahan yang diinginkan.
“Jika dibandingkan dengan rompi antipeluru baja memang produk kami lebih mahal tetapi jauh lebih ringan,” kata Iqbal. (ms).
Source: vivanews.com