Selama tiga setengah tahun, pria yang akrab disapa Habibi menimba ilmu di JTC, banyak prestasi yang dipersembahkan untuk kampus perjuangan ini. Tiga hari menjelang acara wisudanya, Habibi berhasil memberikan satu piala kemenangan untuk ITS. "Ini merupakan penghargaan terakhir yang bisa saya berikan buat almamater biruku," ungkapnya. Lebih lanjut, Habibi memaparkan, meski saat ini ia bukan mahasiswa ITS, tapi semangatnya untuk berprestasi tetap membara.
CAKRA merupakan aplikasi ciptaan Habibi yang berhasil membawanya menjuarai setiap kompetisi. Aplikasi terapis untuk anak autis ini, mampu membawa Habibi menjadi juara dua kompetisi WMM katagori Mandiri Young Technopreneur. "Sejak tahun 2011 saya terus kembangkan aplikasi ini," kenang Habibi. sesuai yang di kutip di Redaksi ITS
Ide membuat aplikasi CAKRA ini lahir dari banyaknya kasus penderita autis pada anak-anak. "Rata-rata anak autis yang terlahir di Indonesia bukan berasal dari keluarga yang mampu," jelasnya. Melihat masalah tersebut, pria asal Gresik ini mulai mencoba mencari informasi mengenai pengobatan yang sesuai bagi penderita autis. Hingga akhirnya ia berhasil menciptakan aplikasi terapis anak autis, CAKRA.
Awalnya, CAKRA hanya beriisikan 20 macam terapi dengan empat jenis laporan mengenai diagnosis kondisi penderita. Namun, saat ini jumlah terapi yang terpasang di aplikasi ini sebanyak 137 jenis. "Beragamnya jenis aplikasi terapi yang kami berikan ini dapat membantu penyembuhan penderita autis," ungkap Habibi.
Dalam aplikasi ini terdapat dua jenis alat yang digunakan. Pertama adalah proton, alat ini berfungsi sebagai terapi okupasi dan reseptif. Sedangkan alat yang kedua adalah kinect yang berfungsi untuk terapi motorik penderita. Selain itu, Habibi juga membenamkan tiga fitur utama berupa evaluasi, terapi, dan laporan. "Fitur ini yang membuat CAKRA mampu menyaingi aplikasi permainan autis lainnya," tuturnya.
Dalam pengembangan aplikasi ini Habibi berkerjasama dengan salah satu tempat terapis autis di Surabaya, CAKRA Autism Center. "Tempat ini telah menggunakan aplikasi CAKRA dalam proses terapinya," jelasnya.
Peluang Usaha
Usai lulus dari bangku perkuliaan, tantangan besar yang harus dijalani seorang sarjana adalah mendapat pekerjaan sesuai dengan ilmunyai. Namun, berbeda dengan Habibi, ia lebih memilih menjadi seorang wirausaha. Menurutnya, CAKRA memiliki potensi besar untuk dikomersilkan.
Saat ini masih sedikit produsen yang menjual alat terapi untuk autis yang murah dan mudah penggunaanya. Hal ini menjadi potensi besar bagi Habibi untuk memasarkan produk ciptaannya. Mengingat, banyak masyarakat yang telah mengenal aplikasi CAKRA ini.
Rencananya, ia akan membuat tiga versi dalam penjualan CAKRA. Versi pertama adalah Bronze dimana aplikasi ini dapat diunduh secara gratis di website resmi CAKRA. Versi kedua adalah Silver, di versi iini pengguna dapat membeli aplikasi CAKRA lengkap dengan proton dan kinect. Selain itu pengguna juga mendapatkan 50 jenis terapi. Untuk membeli versi Silver pengguna cukup membayar dua juta rupiah.
Lain halnya dengan versi Gold, versi ini menawarkan 137 jenis terapi lengkap dengan proton dan kinect. Harga yang dibanderol pun cukup murah. Hanya dengan harga tiga setengah juta rupiah pengguna bisa mendapat aplikasi CAKRA yang lengkap. "Harga yang saya tawarkan untuk aplikasi CAKRA ini relatif murah. Mengingat banyak anak autis terlahir dari keluarga sederhana," jelas Habibi. (sho/sha)
Sumber : Redaksi ITS