HANGZHOU. Pria terkaya di dunia ini merasa tak bahagia.
Saat diwawancarai oleh CNBC di kantor pusatnya yang terletak di
Hangzhou China, pendiri dan direktur utama Alibaba Jack Ma mengaku dia
tidak merasa bahagia beberapa waktu terakhir ini. Bahkan, dia merasa,
menjadi pria terkaya di negaranya merupakan 'great pain".
"Pada bulan ini, saya sangat tidak bahagia. Saya merasa banyak sekali
tekanan. Saya mencoba membuat diri saya bahagia. Sebab saya tahu, jika
saya tak bahagia, kolega saya akan merasa tak bahagia, dan pemegang
saham saya tak bahagia. Begitu juga dengan pelanggan saya," jelas Ma.
Dia menduga, perusahaannya -yang baru saja menorehkan rekor initial apublic offering terbesar dunia- berkontribusi atas rasa stress yang dia alami.
"Mungkin karena harga saham naik, dan banyak orang yang mengharapkan
ekspektasi tinggi terhadap Anda, mungkin saya terlalu banyak berpikir
tentang masa depan, dan banyak sekali hal yang harus dicemaskan," tutur
Ma.
Meski begitu, ia mengaku senang dengan hasil IPO yang mengagumkan.
"Saya senang dengan hasil IPO, namun sejujurnya saya rasa banyak orang
yang berharap terlalu tinggi terhadap saya, Anda memiliki tanggungjawab
untuk tenang dan menjadi diri sendiri," paparnya.
Banyaknya tekanan tersebut memang tidak akan mereda dalam waktu
dekat. Apalagi, Ma juga akan menggelar IPO salah satu cabangnya yang
paling sukses. Alipay, yang menangani jasa finansial seperti pembayaran
digital, akan menggelar IPO dengan tujuan untuk memberikan kesempatan
kepada perusahaan agar mendapat pengawasan oleh publik bukan untuk
menghimpun dana.
Ma juga mengatakan, sumber stress yang dia alami tidak hanya berasal
dari pekerjaan. Menjadi pria terkaya di China juga membuatnya sakit
kepala.
"Banyak yang bilang, 'Wah Jack, menjadi orang kaya itu bagus'. Yah,
memang bagus, tapi tidak sebagai pria terkaya di China. Ini beban yang
berat karena saat Anda menjadi orang terkaya di dunia, setiap orang
mengelilingimu karena uang. Saat ini, ketika saya berjalan di jalan,
banyak yang melihat saya berbeda. Saya ingin orang melihat saya sebagai
pengusaha, ini adalah orang yang bersenang-senang dengan dirinya sendiri
dan saya ingin menjadi diri sendiri," curhatnya.
Untuk menghilangkan sebagian beban berat itu, Ma mendonasikan
sebagian hartanya kepada masyarakat. Menurutnya, setiap filantropi harus
efisien dan efektif. Sebab, "Membelanjakan uang lebih sulit daripada
membuat uang," katanya.
Ma juga bilang dirinya berniat mendirikan sebuah yayasan yang dapat "menghabiskan uang dengan cara bisnis."
Sumber: CNBC