Seorang pemimpin seyogyanya memiliki penghayatan terhadap tugas dan
tanggung jawab serta prinsip-prinsip utama dalam organisasinya. Prinsip
utama itu pula yang menjadi pondasi bagi sebuah perusahaan untuk terus
bekerja mencapai tujuan, visi dan misinya.
Seperti itulah yang ditunjukkan oleh Chan Choong Phooi atau yang kerap dipanggil Mr. CP Chan. Presiden Direktur PT BASF Indonesia
pengganti Henry Choo yang pensiun per 31 Desember 2012 ini menjelaskan
bagaimana ia menjelaskan semboyan perusahaannya.
“Semboyan kami adalah
‘We Create Chemistry’. Chemistry artinya bahan kimia, tetapi bisa juga
maknanya kami membangun ‘chemistry’ di antara manusia,”jelas Chan pada
ciputraentrepreneurship.com. Chemistry yang Chan maksud ialah kolaborasi
dan hubungan baik yang konstruktif. “Bagi banyak orang, ‘chemistry’
artinya bahan kimia tetapi di sini maksud kami juga adalah hubungan
antarmanusia,”terang pria yang berasal dari negeri jiran Malaysia
tersebut.
Berbisnis bagi Chan yang sudah menduduki posisi Presdir BASF
Indonesia sejak 1 Januari 2013 itu tidaklah sesempit mencari konsumen
atau menjual produk. Alih-alih, ia dan perusahaannya lebih menekankan
pendekatan yang humanis dan personal. “Manusia itu lain dari kalkulasi
matematika. Satu tambah satu sama dengan dua. Kadang Anda bekerja dengan
orang lain hanya karena Anda menemukan adanya ‘chemistry’ dengannya.”
Inilah yang membedakan cara Chan bekerja sebagai eksekutif dan
intrapreneur di perusahaannya. Dengan ‘chemistry’ yang tepat, kolaborasi
akan bisa dibangun dan kerjasama bisnis dapat dijalankan dengan
dilandasi rasa saling percaya.
Dari kolaborasi yang berlandaskan rasa saling percaya itu, berbagai
inovasi bisa dihasilkan. Menurutnya, tidak ada satu orang atau satu
perusahaan yang benar-benar menguasai semua bidang. Karena itulah
diperlukan adanya sebuah dialog dua arah yang bertujuan untuk mencapai
sesuatu yang bermanfaat bagi kedua belah pihak. “Inilah yang BASF
inginkan, sebuah kolaborasi yang menghasilkan inovasi,” tandas Chan yang
menyebut pendekatan ini sebagai business sustainability sebagai salah
satu kunci sukses BASF.
Bagi Chan, keberhasilan sesaat bukanlah keberhasilan sejati.
Pendekatan yang Chan pakai menekankan prinsip kesinambungan atau
kontinuitas dalam meraih kesuksesan bisnis. Apalah artinya sukses
sekarang tetapi gagal besok?
Penghayatannya terhadap nilai dan prinsip pondasi perusahaan membuat
kita yakin bahwa Chan telah menghabiskan berpuluh-puluh tahun untuk
bekerja di BASF. Namun, sebenarnya ia tidak mengawali karir di sana.
“Setelah lulus kuliah, saya mengawali karir di Henkell, sebuah
perusahaan Jerman yang juga bergerak di bidang kimia,”tutur pria
berkacamata itu.
Saat Chan masuk bekerja pertama kali di tahun 1981, Henkell memiliki 5
unit bisnis yang bervariasi dengan unit bisnis kimia sebagai yang
paling besar. Perusahaan itu memproduksi barang-barang perawatan tubuh
seperti sabun, shampoo. Ada juga produk deterjen. Produk konsumer ini
terbukti laris manis di pasar.
Hingga suatu saat Henkell mempertimbangkan untuk melakukan divestasi
pada unit bisnis kimianya. Procter & Gamble, produsen barang
konsumer besar dunia, membeli bahan-bahan kimiw untuk memproduksi
barang-barangnya dari Henkell. Lambat laun P & G enggan membeli dari
Henkell karena keduanya bergerak dalam pasar yang sama sehingga dapat
dikatakan pesaing satu sama lain.
Akhirnya Henkell memutuskan untuk menjual unit bisnis kimianya itu.
Dari situ berdirilah perusahaan Cognis yang setelah 10 tahun kemudian
diakuisisi oleh BASF tahun 2011.
Pemegang gelar Master in Business Administration dari Heriot Watt
University serta Bachelor of Science dari University of Malaya itu
memulai dari divisi penjualan (sales). “Saya memulai sebagai staf
penjualan (salesman), dan naik secara bertahap.”
Sebagai staf penjualan domestik, Chan berfokus pada pasar Malaysia
saja. Kemudian ia diberi tanggung jawab untuk menangani penjualan ekspor
ke pasar asing. Ia juga sempat bergerak di bidang manufaktur serta
terlibat di pemasaran produk ke pasar.
Karir dan pengalaman Chan terus berkembang hingga tahun 2011. Sebelum
bergabung dengan BASF pasca akuisisi akhir 2010 tersebut, ia bekerja
sebagai Wakil Pimpinan Care Chemicals Asia Pasifik dan Direktur
Pelaksana Cognis Thai Ltd. Setelah 14 tahun bekerja di Thailand, tahun
2013 Chan mulai bekerja di Jakarta.
Bertempat tinggal dan bekerja di Indonesia selama hampir 2 tahun membuat Chan memiliki kesan-kesan khusus. “Pasar Indonesia sangat berpotensi tinggi. Siapapun yang memutuskan untuk berinvestasi di Indonesia sudah membuat keputusan yang tepat,”ujar Chan. Ia mengaku waktunya belum tiba untuk bisa menuai manfaat investasi secara maksimal tetapi ia menandaskan pentingnya kesabaran dalam berinvestasi. Dengan daya tarik populasi yang muda dan banyak serta kesejahteraan yang makin baik, tidak ada alasan bagi BASF untuk mengabaikan potensi Indonesia.
Bertempat tinggal dan bekerja di Indonesia selama hampir 2 tahun membuat Chan memiliki kesan-kesan khusus. “Pasar Indonesia sangat berpotensi tinggi. Siapapun yang memutuskan untuk berinvestasi di Indonesia sudah membuat keputusan yang tepat,”ujar Chan. Ia mengaku waktunya belum tiba untuk bisa menuai manfaat investasi secara maksimal tetapi ia menandaskan pentingnya kesabaran dalam berinvestasi. Dengan daya tarik populasi yang muda dan banyak serta kesejahteraan yang makin baik, tidak ada alasan bagi BASF untuk mengabaikan potensi Indonesia.
Ditanya tentang harapannya mengenai pemerintahan baru Indonesia, Chan
berseloroh,”Saya sangat berharap ada yang bisa dilakukan untuk
mengatasi kemacetan lalu lintas.” Ia pun memiliki optimisme dengan
pemerintahan baru saat ini. “Semuanya sudah bergerak ke arah yang tepat.
Kita hanya perlu sedikit bersabar.”