Mantan Direktur
Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar mengungkapkan kerugian itu dipicu
oleh beberapa hal, di antaranya situasi ekonomi dunia yang belum pulih,
kenaikan harga bahan bakar minyak dan depresiasi nilai tukar rupiah
hingga 20 persen, yang mempengaruhi biaya operasional. Sejauh ini,
sekitar 75 persen biaya operasional perusahaan dalam dollar AS.
Di sisi lain, pendapatan operasional sepanjang paruh pertama tahun
ini mencapai 1,73 miliar dollar AS atau setara Rp 19,89 triliun. Jumlah
itu mengalami kenaikan sebesar 0,7 persen dari periode yang sama tahun
lalu.
Wakil Presiden Komunikasi Perusahaan Garuda Indonesia, Pujobroto
menambahkan, kenaikan harga bahan bakar sangat mempengaruhi biaya
operasional perusahaan. Dengan layanan 600 penerbangan per hari,
kebutuhan bahan bakar mencapai 1,8 miliar dollar AS per tahun. Komposisi
biaya tersebut mencapai 35-40 persen dari total biaya operasional.
Saat ini Garuda mengoperasikan 140 unit pesawat. Menurut rencana,
tahun ini akan didatangkan 27 pesawat baru, yang terdiri dari 2 unit
pesawat Boeing 777-300 Aircraft, 4 pesawat Airbus A330, 12 pesawat
Boeing 737-800NG, 3 pesawat Bombardier CRJ1000 NextGen dan 6 pesawat ATR
72-600.
Infrastruktur yang buruk
Emirsyah Satar juga menyampaikan bahwa buruknya infrastruktur bandara
di Indonesia menyebabkan perusahaan penerbangan pelat merah tersebut
menderita kerugian hingga ratusan miliar rupiah per tahun.
"Akibat antrean dan putar-putar (di udara sebelum mendarat) rata-rata
11 menit merugikan Garuda Rp 344 miliar per tahun," katanya di Jakarta,
Emir menjelaskan penyebab antrean adalah pendeknya runway (landasan
pacu) ditambah dengan padatnya jumlah penerbangan di bandar udara.
Akibatnya, pesawat terpaksa kehilangan avtur secara sia-sia selama
proses mengantre tersebut.
"Kerugiannya equivalent senilai Rp 344 miliar dari penambahan avtur yang kita beli," terangnya.
Terkait persoalan infrastruktur tersebut, Emir mengatakan dirinya
sudah berkoordinasi dengan pemerintah untuk mencari solusi dari
permasalahan ini.
"Kami sudah bertemu Menteri Perhubungan dan Menteri Keuangan.
Mereka memahami dan berencana memberikan solusi yang baik," pungkasnya.
Maskapai BUMN, PT Garuda Indonesia Tbk
sepanjang semester I-2014 membukukan kerugian sebesar 211,7 juta dollar
AS atau sekitar Rp 2,43 triliun.
(bn/kompas/dari berbagai sumber)