Banyak kisah sukses pebisnis bermula dari hobi. Salah satunya Nadia
Mutia Rahma yang sukses membangun usaha produksi sepatu bermerek Kloom
Clogs di Yogyakarta.
Kloom Clogs khusus memproduksi sepatu dan sandal wanita. Sesuai
namanya, sepatu ini terbuat dari kayu atau yang dikenal dengan sebutan
kelompen atau kelom.
Produk sepatu kayunya sudah cukup dikenal. Selain di dalam negeri, ia
juga memasarkan sepatunya hingga luar negeri. Dalam sebulan ia bisa
menjual sekitar 400 pasang sepatu, dengan omzet mencapai Rp 120 juta.
Produksi sepatu itu dikerjakan di bengkel milik sendiri yang berlokasi di Yogyakarta dan Tangerang, Banten.
Nurdiyanti, ibu Nadia yang kini ikut membantu di bagian pemasaran,
mengatakan, sebelum membangun usaha produksi sepatu, putri sulungnya ini
sudah memiliki hobi menggambar dan mendesain sepatu untuk dipakai
sendiri.
Nadia sendiri pernah belajar desain di Jepang dan teknologi kulit di
Yogyakarta. Dia juga belajar anatomi sepatu di Swedia. Dari keahliannya
menggambar desain sepatu, ia lalu kepikiran untuk memasarkan setiap
desain sepatu hasil karyanya.
Nadia mulai merintis usahanya pada 2009. Ia memilih alas kaki dari
kayu karena unik. Awal merintis usaha, Nadia hanya memiliki 20 model
sepatu. Saat itu, produknya masih skala kecil-kecilan.
Dalam sebulan ia hanya membuat sekitar 20 hingga 30 pasang sepatu.
Ketika itu ia mempekerjakan empat tukang pembuat sepatu dan dua penjahit
kulit. Pemasarannya juga terbatas di lingkaran kerabat. Seiring
berjalannya waktu, produk sepatunya semakin dikenal dari mulut ke mulut.
"Sedikit demi sedikit pesanan mulai berdatangan," ujar Nurdiyanti.
Melihat respon pasar yang positif, ia lalu menjual mobil pribadi
milik orang tuanya seharga Rp 90 juta buat dijadikan modal usaha.
Dukungan orang tuanya ini tidak sia-sia. Dengan modal sebesar itu, ia
sukses mengembangkan usahanya.
Saat ini, Nadia sudah memiliki dua pabrik pembuatan sepatu di
Yogyakarta dan Tangerang, dengan kapasitas produksi 400 pasang sepatu
per bulan. Saat ini, hampir 100 model sepatu sudah dibuatnya. Ada pun
jumlah karyawannya kini 20 orang. Sepatu buatan Nadia berdesain elegan,
chic, dan fashionable.
Nadia membanderol harga sepatunya mulai Rp 350.000–Rp 800.000 per
pasang. Sebelumnya, Kloom gencar membuka gerai di beberapa mal di
Jakarta, seperti di Gandaria City, Pondok Indah Mal, dan BSD City. "Tapi
sekarang kami fokus membuka stan saja dari mal ke mal atau mengikuti
pameran," katanya.
Nadia mengaku awalnya ia merintis usaha kelom ini karena sebuah
keisengan. Nadia sempat tinggal di Tokyo, Jepang, mengikuti sang ayah
bertugas di sana. Pada tahun 2009, dia masuk sekolah fashion di Esmod
Tokyo.
Selama menimba ilmu di sana dan memiliki teman dari berbagai negara
di dunia, ketertarikannya pada dunia fashion semakin kuat. Inspirasi
awal membuat kelom datang ketika melihat temannya dari Skandinavia yang
kebetulan mengoleksi Kloom. Di negara asal temannya tersebut, kelom
memang menjadi salah satu bagian dari kebudayaan masyarakat di sana.
Nadia pun membeli sepasang kelom dan membawanya pulang ke tanah
ketika berlibur. Di kampung halamannya di Yogyakarta, Nadia mencari
pembuat sepatu kayu untuk membuatkan kelom seperti miliknya, namun
dengan desain yang Nadia buat sendiri.
Setelah menemukan perajin yang cocok dengan dan selera fashionnya,
Nadia lantas membuat kelom dalam jumlah sedikit untuk coba-coba dia
tawarkan kepada kerabat dan teman-temannya. Ternyata respon dari kerabat
terdekat sangat bagus. Dari situ, Nadia memutuskan untuk berhenti dari
Esmod Tokyo dan fokus mengembangkan bisnisnya di dalam negeri.
Pada tahun 2010, Nadia mulai dibantu keluarganya, terutama sang ibu,
Nurdiyanti untuk membangun bengkel pembuatan sepatu di halaman rumah
mereka. Kemudian bengkel tersebut diperluas dan dijadikan tempat
pembuatan sepatu kecil-kecilan.
Nurdiyanti bilang, saat itu Nadia berniat serius mengembangkan usaha
ini. "Sehingga untuk modal awal, kami menjual mobil seharga Rp 90 juta.
Ini untuk membuat bengkel, membeli bahan baku gelondongan kayu-kayu, dan
juga bahan-bahan kulit," sebutnya.
Dengan mengusung merek Kloom Clogs, Nadia mulai ekspansi melebarkan
pemasaran via media sosial seperti Facebook, Twitter, dan bekerja sama
dengan Zalora, Lazada dan Berrybenka untuk memasarkan produknya.
Pada tahun yang sama, lokasi produksi Kloom CLogs dipindahkan ke
Jakarta. "Tujuannya agar bisnis ini lebih maju karena Jakarta menjadi
kiblat fashion di Indonesia," kata Nurdiyanti.
Awal hijrah ke Jakarta, Nadia memboyong para perajin yang sudah
bekerja dengannya. Pada saat itu pesanan mulai meningkat tajam lantaran
tren kelom sedang booming. Namun, para perajinnya yang berasal Bantul
dan Kulon Progo malah sering minta izin pulang kampung. Ini membuat
produksi tersendat.
Kelom ini buatan tangan sehingga produksi tergantung pada SDM. Jika
pekerja tidak profesional, maka bisnis akan mandek. Apalagi sulit
menemukan perajin yang benar-benar cocok. Akhirnya, Nadia dan Nurdiyanti
mencari perajin yang lain untuk dididik dari awal.
Selain itu, karena kelom ini sekitar 70 persen terbuat dari kayu,
sehingga proses pengeringan kayu dari gelondongan untuk dibuat menjadi
sepatu, memakan waktu cukup lama. Jika musim hujan seperti sekarang,
proses pengeringan bisa mencapai enam bulan. (as/kontan)