Saveupdata.com -Singapura adalah tujuan pertama di Asia bagi sebagian besar orang
barat. Negara ini sering disebut sebagai tempat terbaik untuk hidup di
dunia dan diperkirakan akan menyalip Swiss sebagai negara pinggir laut
terkaya pada tahun 2020. Dengan kata lain, Singapura adalah negara kaya
dan mempunyai infrastruktur bagus termasuk sistem pemerintahan, hukum, dan keuangan yang stabil,
bersih, dan efisien, ditambah lagi dengan adanya jaringan transportasi
dan IT yang solid, tenaga kerja yang terdidik, masyarakat
multikultural yang mampu berbahasa Inggris, dan masih banyak lagi.
Meski Singapura mempunyai populasi kecil yaitu hanya lima juta orang,
negara ini memiliki tingkat penetrasi internet, mobile, dan smartphone
yang kuat, dengan memiliki ARPU sebesar USD 40, dan pasar e-commerce
yang bernilai USD 2 miliar dan terus bertumbuh.
Singapura mungkin memiliki ekosistem startup yang paling berkembang di Asia, dengan munculnya banyak startup pada berbagai tahap. Negara ini juga mempunyai akselerator yang sangat aktif seperti JFDI dan banyak pendanaan awal dialirkan sebagai bagian dari skema pendanaan NRF TIS dari pemerintah. Selain itu, ada banyak angel investor seperti co-founder Skype Toivo Annus (yang telah berinvestasi di startup Singapura seperti Coda, Luxola, Redmart, Referral Candy, ADZ, dan Garena).
Singapura adalah titik berkumpulnya startup di Asia dan menjadi launchpad bagi entrepreneur lokal dan juga entrepreneur asing untuk membangun bisnis di negara ini. Singapura memiliki banyak perusahaan lokal (SGCarMart, HungryGoWhere, dll) dan internasional (JobsCentral, Brandtology, TenCube, dll.) yang sudah exit dalam beberapa tahun terakhir, dan juga perusahaan yang sedang berkembang seperti PropertyGuru dan Reebonz.
Meskipun demikian, potensi Singapura sebagai pusat startup di Asia Tenggara terancam oleh aturan imigrasi yang ketat, birokrasi pemerintahan yang terlalu tegas, dan xenophobia yang dialami masyarakatnya. Apalagi dengan munculnya kota-kota terdekat dengan talenta dan pasar domestik yang besar, Singapura harus lebih agresif dan berani mengambil risiko untuk memperkuat posisinya sebagai kota startup.