Jadilah The Winner



Masalah ketakutan dan kekhawatiran adalah muncul dalam pikiran dan perasaan kita. Nah, perasaan takut dan khawatir ini yang sering memenjarakan kita, bahkan membuat kita kalah sebelum berperang. Ah, tidak mungkin saya bisa ibadah haji, karena ekonomi saya juga pas-pasan. Ah, tidak mungkin saya bisa menikah, lha saya saja belum kerja.

Maka, kita harus menghilangkan perasaan takut dan khawatir yang berdampak negatif seperti ini. Meski lagi punya masalah, anggap saja tidak ada masalah. Ketika sakit, kita tetap berprinsip, ah saya sedang tidak sakit kok, saya sehat saja kok, ini ujian saja supaya saya semakin dekat pada Allah. Ketika sedang punya hutang, ah, tenang saja kok, nanti waktunya bayar insyaallah bisa. Orang yang punya pikiran dan perasaan positif, akan merasakan dampak positif. Orang yang sakit dan pikirannya positif, dia akan mudah untuk cepat sembuh. Orang yang punya masalah yang pikirannya tetap positif, maka masalahnya akan cepat selesai.

Jadilah kita seorang penakluk. Penakluk ketakutan, penakluk kekhawatiran. Insyaallah saya bisa kuat menghadapinya. Insyaallah saya akan bisa melewati. Nah, kalau sebaliknya, merasa tidak mampu, tidak mungkin, maka akan terjadi seperti itu. Wah, kayaknya tidak mungkin bisa ni. Ya akhirnya nggak bisa beneran.

Saya mah cuma lulusan SMA, lulusan pondok mana bisa bersaing. Nah, kalimat ini adalah kalimat the looser, orang yang kalah. Jadilah the winner, para pemenang yang selalu optimis serta melihat kondisi yang dihadapi dari sudut positif.


Allah Mengajarkan Mampu
Mestinya kita berpikiran positif, bahwa Allah bersama kita. Yang artinya, kita bisa bergantung kepada Allah. Sebagaimana firman Allah SWT yang mengisahkan nasehat kanjeng Nabi SAW pada sahabat Abu Bakar ketika bersembunyi di gua Tsur dalam pengejaran kaum kafir. Laa tahza, innallaaha ma’ana (janganlah bersedih, karena sesungguhnya Allah bersama kita). Masalahnya, apakan Allah benar-benar bersama kita, atau kita memang mau mendekat dengan Allah. Lha, kalau kitanya yang suka menjauh dari Allah, menerjang larangan Allah dan berani meninggalkan perintah-Nya.

Allah juga mengajarkan kita untuk selalu menjadi pemenang dan optimis. Kita bisa melihat dalam firman Allah, “Hendaklah orang yang memiliki keluasan memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan apa yang  yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan”. (QS. At-Thalaq:7)

Intinya, maka bersedekahlah dengan apa yang sudah aku berikan pada kalian semua. Allah mengajarkan kita sebagai the winner, jangan melihat yang belum ada, lihatlah yang sudah ada. Lihat apa yang sudah Allah berikan pada kita. Itu sebagai modal, sekaligus umpan, caranya ya dengan disedekahkan. Allah tidak membebani seseorang kecuali dengan apa yang sudah Allah berikan padanya. Apa yang sudah Allah berikan itu kita keluarkan, sedekahkan, insyaallah akan menjadi umpan datangnya rezeki berikutnya.

Kita kan sukanya janji-janji saja. Nanti kalau tagihan saya gol dan cair saya akan sedekah 2,5 persen. Nah, ini baik, tapi ada yang jauh lebh baik. Sambil berusaha agar tagihan cair, kita keluarkan dulu sedekah apa yang  ada di kita. Ya Allah, saya punya tagihan, dan ini saya punya sepeda, saya sedekah sekian, mudah-mudahan tagihannya lancar.

Buat apa melihat yang belum, lihatlah apa yang sudah ada. Ini akan menjadi motifasi kita, bahwa kita sudah punya. Namun, kita sering merasa belum punya. Kita bisa, tapi merasa tidak bisa.



Sumber : http://mediaummat.co.id