Kakek berusia 70th ini adalah seorang penjual opak keliling yang sudah menjajakan jualannya sejak tahun 1967. Tinggal di Citayem bersama pedagang yang lainnya. Setiap hari dia berangkat pagi buta dari Citayem dengan menggunakan
kereta dan turun di Kalibata. Setelah sampai di Kalibata, dia harus
menempuh perjalanan menuju tempat di mana dia biasa berjualan dengan
bejalan kaki.
Tak hanya opak yang dijual, mulai dari renginang, krupuk sampai kipas kayu ada. Terkadang dia berjualan ke daerah satu ke tempat lainnya dengan naik bus atau angkutan umum lainnya.
Sangat melelahkan memang tapi kakek yang berasal dari Majalengka ini
sepertinya tidak mengeluh dengan beban pundaknya yang setiap hari
dipikulnya, belum lagi beban hidupnya yang lain.
Meski badannya tak kekar seperti dulu, memikul dagangan tetap di jalaninya, tak peduli dengan panas dan keringat membasahi bajunya kakek ini tetap semangat berjualan.
Katanya, dia tak mau menyusahkan anak-anak dan istrinya yang hanya bertani di Majalengka.
Untuk pulang ke kampung halamannya saja ia harus menumpang truk muatan bahan bangunan itu pun jika ada tumpangan untuknya.
Hasil dari dagangannya ini tidak dia nikmati sepenuhnya ada bebrapa untuk di setorkan dan baru sisanya untuk menyambung hidupnya sehari hari. Terkadang untuk membeli makan siang pun dia harus menahan sampai barang dagangannya terjual atau sampai uangnya cukup.
Dengan kehidupan yang tak nyaman dan tidak mudah kakek ini tetap tersenyum untuk menghadapi kerasnya kehidupan dan menjalani hari harinya dengan penuh semangat tanpa keluh kesah.
Meski badannya tak kekar seperti dulu, memikul dagangan tetap di jalaninya, tak peduli dengan panas dan keringat membasahi bajunya kakek ini tetap semangat berjualan.
Katanya, dia tak mau menyusahkan anak-anak dan istrinya yang hanya bertani di Majalengka.
Untuk pulang ke kampung halamannya saja ia harus menumpang truk muatan bahan bangunan itu pun jika ada tumpangan untuknya.
Hasil dari dagangannya ini tidak dia nikmati sepenuhnya ada bebrapa untuk di setorkan dan baru sisanya untuk menyambung hidupnya sehari hari. Terkadang untuk membeli makan siang pun dia harus menahan sampai barang dagangannya terjual atau sampai uangnya cukup.
Dengan kehidupan yang tak nyaman dan tidak mudah kakek ini tetap tersenyum untuk menghadapi kerasnya kehidupan dan menjalani hari harinya dengan penuh semangat tanpa keluh kesah.
