Berjualan getuk, saban hari Ninih harus bangun sebelum adzan subuh berkumandang. Ia mempersiapkan getuk
dan bahan lain kemudian menatanya ke sebuah bakul. Tepat pukul 05.00,
ia mulai berangkat menyusuri gang kecil perumahan, bersama puluhan
penjual getuk lainnya.
Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha
Sampai di jalan besar atau di depan rumah susun (Rusun) Bendungan Hilir, para penjual getuk itu berpisah. Ninih naik taksi bersama beberapa rekannya menuju ke kawasan Kuningan.
Tujuan
pertamanya, flyover depan Pasar Festival, Kuningan, Jakarta Selatan.
Pukul 06.00, dagangan pun sudah digelar di atas flyover. "Sehari paling
bawa satu bakul dan per porsi getuk harganya cuma Rp 5.000," ujar Ninih
katanya saat ngobrol santai dengan Warta Kota di kontrakannya di
kawasan Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat, pekan lalu.
Jika sedang ramai, Ninih
mampu mengantongi penghasilan kotor hingga Rp 200.000 sehari. Tetapi,
terkadang pendapatannya kurang dari Rp 100.000 jika lagi sepi. Dari
hasil jualan itu, sebagian uangnya disetorkan ke Carkem.
"Kalau uang bersih yang saya terima rata-rata sehari Rp 50.000 dari jam 06.00 sampai jam 10.00. Kalau pulangnya, Ninih naik angkutan umum," katanya. Atau jika ditotal rata-rata Ninih memiliki penghasilan Rp 1,5 juta per bulan.
Dari hasil jerih payahnya itu, Ninih
rutin memberikan sebagian tabungannya ke orangtuanya di Indramayu.
"Tiap sebulan sekali pulang, kasih uang ke orangtua. Saya cuma sisihin
sedikit saja buat jajan sama buat pegangan," tuturnya.
Menjadi penjual getuk, Ninih tak pernah malu atau minder. Terpenting baginya, apa yang dia lakukan halal dan tidak merugikan orang lain.
Ada yang berubah sejak Ninih terkenal dan muncul di televisi. Salah satunya, berpengaruh kepada penjualan getuknya.
Sejak namanya jadi perbincangan di sosmed dan diliput media, banyak orang yang datang ke JPO depan Pasar Festival, tempat Ninih berjualan, hanya sekadar mengobati rasa penasaran terhadap penjual getuk cantik itu.
"Banyak yang
lewat sambil lihatin Ninih. Terus, mereka bisik-bisik: Oh ini yang
namanya Ninih. Ada juga yang nyemangatin Ninih. Yang pasti banyak orang
lewat JPO itu yang lihatin Ninih."
Ninih gadis
kampung yang belum banyak tersentuh kehidupan metropolitan, seperti yang
dikatakan Carkem. Ia jarang bergaul dan jarang bepergian untuk main
seperti halnya remaja yang lain.
"Perginya ya
cuma jualan sama kalau beli singkong buat bahan gethuk. Selebihnya dia
cuma di kontrakan saja. Jadi, dia nggak kenal siapa-siapa, apalagi punya
pacar," kata Carkem.
Apa tanggapan orangtua Ninih di kampung? "Mereka senang, Ninih jadi terkenal, sampai masuk tivi jadi bintang tamu. Mereka cuma berpesan, nyuruh Ninih jaga diri, jangan sombong kalau sudah sukses," jelas Ninih, terharu.
Sumber : WARTA KOTA