Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara berencana mengeluarkan bisnis e-commerce
dari Daftar Negatif Investasi (DNI). Menkominfo dalam waktu dekat akan
mendiskusikan hal ini dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Menkominfo Rudiantara berujar, untuk membesarkan ekosistem e-commerce
di dalam negeri, perlu dilihat secara keseluruhan, di antaranya soal
pendanaan. Permasalahan pendanaan ini bisa dikatakan adalah masalah
utama dalam e-commerce.
"Kami ingin meninjau ulang bersama BKPM agar investasi di e-commerce atau start up digital bukan lagi tergolong Daftar Negatif Investasi (DNI)," ujarnya, .lah hutang. "Hal itu kan merugikan karena para pebisnis
start up kita harus bayar lagi ke luar. Tapi jika DNI dicabut, maka
investasi itu akan masuk sebagai ekuitas, nah kalau nilai perusahaan
semakin besar, sang pemilik bisa menjual lagi sahamnya, jadinya
sama-sama untung," terang Rudiantara.
Seiring dengan upaya membuka investasi bagi asing untuk bisnis
ecommerce, Menkominfo juga tengah menggodok teknis permodalan bagi
ecommerce dari investasi taipan lokal. Rudiantara berujar, dirinya telah
menemui lima taipan di Indonesia untuk mau membenamkan uangnya demi
memperbesar ecommerce dalam negeri.
"Saya sudah bertemu dengan lima taipan, salah satunya James dari
Lippo. Mereka semua menyambut baik, tapi perlu bagi kami menyusun aturan
teknisnya dan memilih venture capital (vc) profesional dulu,"
ungkapnya.
Kata Rudiantara, akhir tahun ini pihaknya akan segera membentuk VC
profesional itu. Dia belum bisa berbicara berapa besaran modal yang
bakal ditaruh oleh masing-masing taipan di VC profesional ini.
Harapannya para taipan mau mengucurkan total US$ 1 miliar pada akhir
tahun nanti.
Sebelumnya, Gandi Sulistiyanto, Managing Director Sinarmas Group,
mengaku telah disambangi Menkominfo terkait permodalan bagi start up.
Pihak Sinarmas sangat setuju dan bersedia berpartisipasi. Namun,
pihaknya masih menunggu teknis implementasinya seperti apa.