Saveupdata.com -Hari ini 17/09/2016 di XXI Depok, Pusat Pengembangan Perfilman ( Pusbangfilm) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan gratiskan tiket nonton film Aisyah- Biarkan Kami Bersaudara produksi terbaru Film
One Production. Pusbangfilm berharap adanya nonton gratis ini dapat membangkitkan cinta perfilman karya anak Bangsa Indonesia.
"Semoga film Aisyah- Biarkan Kami Bersaudara produksi terbaru Film
One Production bisa menjadi inspirasi bagi para pelajar di Indonesia, untuk itu Pusbangfilm memberikan tiket gratis di XXI Depok ini." Ujar salah satu petugas dari Pusbangfilm saat ditemui tim sevupdata.com
Kisah ringkasnya dituturkan sosok Aisyah adalah seorang sarjana yang baru saja lulus. Ia tinggal di sebuah kampung dekat perkebunan teh yang sejuk dan sarat dengan nilai religius di Ciwidey, Jawa Barat bersama Ibu dan adik laki-lakinya. Ayahnya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.
Ia ingin mengabdikan dirinya sebagai seorang guru. Suatu hari, Ia
mendapatkan telpon dari yayasan tempat ia mendaftarkan diri. Tenyata ia
sudah mendapatkan tempat untuk mengajar. Sebuah lokasi yang tidak pernah
ia ketahui sebelumnya bernama Dusun Derok, di Kabupaten Timur Tengah
Utara. Penempatan ini menjadi konflik kecil dengan ibunya. Akan tetapi
karena kerasnya niat, Aisyah memutuskan untuk tetap berangkat ke NTT.
Dari awal kedatangan, ia sudah merasa “asing”. Apalagi ketika datang,
masyarakat salah menganggapnya sebagai Suster Maria, hanya karena
sama-sama memakai kerudung. Memang masyarakat mengharapkan kedatangan
Suster Maria sebagai guru di kampung tersebut. Sehingga ketika
kesalahpahaman ini sudah bisa diatasi, ia tetap merasa gamang.
Kampung yang terpencil, tanpa listrik dan sinyal seluler. Musim
kemarau yang panjang air susah didapat. Lingkungan yang baru, tradisi
yang serba asing dan ruang lingkup religius yang berbeda membuat Asyah
gamang. Ada tokoh Pedro (diperankan oleh Arie Kriting) yang membuat
persoalan keseharian Aisyah sedikit teratasi.
Awal sebagai guru, ia harus menghadapi kebencian salah satu muridnya
bernama Lordis Defam. Awalannya ia tidak tahu kenapa Lordis membencinya,
bahkan mempengaruhi teman-teman sekelasnya sehingga tidak mau masuk
sekolah. Belakangan lewat kepala dusun, Aisyah mengerti bahwa
kedatangannya sebagai guru yang muslim dianggap musuh oleh Lordis Defan
yang beragama Katolik. Pemahaman itu dimengerti oleh Lordis Defam lewat
pamannya, yang ketika konflik Ambon berlangsung ia berada di kota
tersebut.
liputan : Linda