Buah hati, adalah dambaan tiap pasangan suami dan istri. Kehadiran anak
semakin menambah kesempurnaan kehidupan berumah tangga. Sebagian orang,
menginginkan anak mereka berjenis kelamin laki-laki. Tak sedikit pula
yang mendambakan anak mereka lahir perempuan. Lalu, manakah di antara
keduanya yang lebih utama?
Melalui risalahnya yang berjudul Ziyadat al-Hasanat fi Tarbiyat al-Banat, Syekh Muhammad bin Ali al-Arfaj menegaskan laki-laki ataupun perempuan, anak adalah anugerah Allah SWT. Apapun jenis kelamin yang diberikan, merupakan ketentuan-Nya. “Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki.” (QS as-Syuura [42]: 49).
Melalui risalahnya yang berjudul Ziyadat al-Hasanat fi Tarbiyat al-Banat, Syekh Muhammad bin Ali al-Arfaj menegaskan laki-laki ataupun perempuan, anak adalah anugerah Allah SWT. Apapun jenis kelamin yang diberikan, merupakan ketentuan-Nya. “Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki.” (QS as-Syuura [42]: 49).
Dan tak ada satupun
yang bisa memastikan apa jenis kelamin sang anak kelak. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan kecanggihan teknologi, tidak mampu menandingi ilmu dan
kuasa-Nya. Sekalipun, ilmu kedokteran membuka peluang untuk menentukan
jenis kelamin buah hati mereka, namun tetap saja ilmu Allah di atas
segalanya. ” Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan.
(QS ar-Ra’d [13]: 8)
Atas dasar ini pula, Islam tidak memperbolehkan orang tua mendiskriminasi kasih sayang dan perhatian kepada anak. Ini penting mengingat, realita yang kerap ditemui di masyarakat, orang tua lebih condong ke anak laki-laki dengan beragam alasan tentunya. Padahal, Rasul dalam sebuah hadis memerintahkan agar orang tua menyamaratakan mencium buah hatinya. Satu dicium, maka yang lain mesti dicium juga. Anak laki-laki di peluk, maka jangan lupakan pula anak perempuan. Kesemuanya sama-sama berhak atas kasih sayang.
Meski demikian, Islam memberikan penekanan keutamaan mengasuh, mendidik, dan membesarkan anak perempuan. Prinsip ini memang pada mulanya untuk mendobrak paradigma dan tradisi Bangsa Arab yang memarjinalkan perempuan. Namun, visi mulia tersebut tetap kekal sepanjang zaman.
Berbahagialah Anda jika memiliki anak perempuan. Anda telah mendatkan ladang amal yang teramat luar biasa dengan membesarkan anak perempuan. Curahan hati, pendidikan, asuhan, dan perhatian yang Anda berikan kepada perempuan akan berbalas setimpal.
Sebab titah Rasulullah riwayat Bukhari dari Aisyah RA, barang siapa yang mendapat ujian apapun dari anak perempuan, kemudian dia tetap berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak tersebut akan menjadi penghalang dari api neraka.
Atas dasar ini pula, Islam tidak memperbolehkan orang tua mendiskriminasi kasih sayang dan perhatian kepada anak. Ini penting mengingat, realita yang kerap ditemui di masyarakat, orang tua lebih condong ke anak laki-laki dengan beragam alasan tentunya. Padahal, Rasul dalam sebuah hadis memerintahkan agar orang tua menyamaratakan mencium buah hatinya. Satu dicium, maka yang lain mesti dicium juga. Anak laki-laki di peluk, maka jangan lupakan pula anak perempuan. Kesemuanya sama-sama berhak atas kasih sayang.
Meski demikian, Islam memberikan penekanan keutamaan mengasuh, mendidik, dan membesarkan anak perempuan. Prinsip ini memang pada mulanya untuk mendobrak paradigma dan tradisi Bangsa Arab yang memarjinalkan perempuan. Namun, visi mulia tersebut tetap kekal sepanjang zaman.
Berbahagialah Anda jika memiliki anak perempuan. Anda telah mendatkan ladang amal yang teramat luar biasa dengan membesarkan anak perempuan. Curahan hati, pendidikan, asuhan, dan perhatian yang Anda berikan kepada perempuan akan berbalas setimpal.
Sebab titah Rasulullah riwayat Bukhari dari Aisyah RA, barang siapa yang mendapat ujian apapun dari anak perempuan, kemudian dia tetap berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak tersebut akan menjadi penghalang dari api neraka.