Sri Budi Lestari, 59 dan putra sulungnya, Budi Prasetyo, 36,
menjalani upacara wisuda program doktoral bersamaan di Universitas
Gadjah Mada (UGM) pada Kamis bulan lalu.
Wisuda bersamaan, antara ibu dan anak untuk jenjang pendidikan yang
sama terbilang langka terjadi. Adapun ibu dan anak ini mampu mencapai
hal tersebut.
Keduanya sama-sama menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana UGM.
Namun untuk jurusan, perempuan yang biasa disapa dengan nama Ayie ini
memilih Kajian Budaya dan Media, sedang sang anak di Ilmu Lingkungan.
Selain sama-sama wisuda bersamaa, keduanya juga tercatat sebagai staf
pengajar di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.
Meski pencapaiannya kali ini terdengar manis, Ayie menuturkan
tantangan yang diperolehnya selama melanjutkan pendidikan cukup berat.
Sebab sejak lima tahun yang lalu atau persisnya, 1,5 tahun mengikuti
kuliah S3 di UGM, Ayie tiba-tiba sakit. Otot paha kananya mengecil.
Menurut dokter, kala itu ia menderita demyelinisasi.
Akibat penyakitnya itu, Ayie bahkan sempat untuk memutuskan berhenti melanjutkan pendidikan doktornya di UGM.
“Sempat berpikir berhenti, anak dan suami memotivasi. Begitu juga
promotor saya Prof. Suhartono, beliau terus memotivasi. Selalu mendukung
dan mendorong saya untuk selesai kuliah. Kan cuma sakitnya di sini,
yang lainnya sehat,” kata ibu dari tiga anak ini menirukan ucapan sang
promotor,
Berkat dukungan tersebut, nenek lima cucu ini bersemangat
menyelesaikan pendidikan S3 di UGM. Meski harus mondar-mandir
menggunakan kursi roda, Ayie mengaku tetap menjalani tahapan hidupnya
ini. Didampingi sang suami, Didik Samadikun, ia akhirnya mampu
menyelesaikan kuliah.
“Suami saya sampai Ikut kuliah dan seminar untuk mendampingi. Untung
dia sudah purna tugas jadi bisa menemani,” kata Ayie yang menceritakan
sang suami pensiunan staf ahli Gubernur Jateng.
Meski sempat cuti selama satu semester akibat penyakitnya itu, Ayie
bisa menyelesaikan pendidikan doktor dalam waktu 6 tahun 4 bulan. Ayie
mengaku ia juga tidak menyangka akan diwisuda bareng dengan anaknya. Dia
justru bangga bisa menyelesaikan pendidikan doktor di usia yang tidak
muda lagi.
“Saya ingin memotivasi dan menginspirasi yang muda-muda. Saya sudah
23 tahun banyak beraktivitas (sebagai pengajar). Saya ingin meningkatkan
keilmuan saya,” kata Ayie.
Sang anak, Budi Prasetyo Samadikun, mengaku tidak menyangka bisa
wisuda bersama dengan ibunda tercinta. Sejak awal, kata Budi, mereka
sudah saling mendukung untuk segera menyelesaikan pendidikan S3
masing-masing. Beruntung mereka akhirnya bisa diwisuda dalam waktu yang
sama.
“Dari dulu sudah ada angan-angan, kalo misalnya bisa wisuda bareng,
eh nggak tahunya kesampaian,” kata dosen prodi Teknik Lingkungan Undip
ini.
Budi mengaku sangat mengangumi sosok ibunya yang sangat bersemangat
menyelesaikan pendidikan meski kondisi fisiknya sempat menghambatnya.
Budi mengaku justru ibunya yang selalu memotivasi dirinya untuk fokus
menyelesaikan pendidikan.
“Di tengah jalan ada pasang surut, tapi kita saling support,” kata Budi.
Editor : Nurma
Sumber : Solopos