Kejutan Start-Up Bisnis yang Tak Akan Anda Temui Tanpa Praktik Sendiri


Banyak orang yang menulis pengalamannya menjalani bisnis. Semua itu menjadi pembelajaran bagi pebisnis pemula lain untuk menjalankan bisnis start-up-nya. Banyak teori, banyak kisah, banyak pengalaman yang bisa dipelajari. Semua itu jadi modal berharga saat memulai usaha. Tapi, apakah itu semua cukup? Ternyata tidak!
Ibarat orang belajar berenang dan sudah tahu lengkap teorinya, begitu turun langsung ke air, biasanya akan punya gaya sendiri-sendiri. Ini juga yang biasanya dialami oleh para start-up. Masing-masing orang, hampir bisa dipastikan bakal punya pengalaman dan gaya menangani masalahnya sendiri-sendiri. Kadang, banyak yang mengejutkan dan tak muncul di buku teori mana pun.

Jadi, apa saja kejutan yang mungkin menanti Anda para start-up dan bagaimana menanganinya?

1. Soal SDM. Yang namanya berhubungan dengan manusia, memang sangat dinamis. Kadang soal emosi, soal psikologis, sering muncul tak disangka-sangka. Inilah salah satu faktor paling mengejutkan yang paling kerap dialami oleh para start-up di awal membesarkan usahanya.
Solusi: perlakukan manusia dengan cara manusiawi. Artinya, ajak mereka berkomunikasi terbuka dan baik-baik. Jangan buru-buru memberi cap jelek atau bagus, jalani saja dulu. Pasti selalu muncul cara yang kadang unik jika Anda mampu mendalami sisi manusiawi Anda dan tim yang membantu usaha.
2. Soal Order. Namanya order pekerjaan, kalau sedikit kita pusing, kalau sangat banyak pun kadang jadi kelabakan. Banyak pekerjaan kalau kelabakan, kerap malah berujung kualitas hasil atau layanan jadi tidak maksimal.
Solusi: kalau sedang sedikit, coba untuk berkreasi memperbanyak order dengan membuka jaringan, seperti masuk komunitas wirausaha, membuka layanan online, dan beragam cara lain. Termasuk, coba sesekali cari jalur untuk bisa ditampilkan dalam sosok pengusaha di media massa. Itu akan menarik orang untuk menghubungi Anda.
Sebaliknya, kalau sedang ramai order, pastikan Anda punya partner yang tepat untuk membantu kelancaran bisnis Anda. Maksimalkan channel orang dekat atau relasi yang sudah Anda kenal untuk ikut membantu. Kalau perlu, kolaborasi saling membagi order akan membuat pekerjaan Anda lebih ringan. Namun, pastikan bahwa kualitas produk bisa tetap terjaga, misalnya dengan memberikan SOP.

3. Soal etika bisnis. Jangan harap bisnis Anda akan selalu mulus. Bahkan, meski Anda sudah punya jaringan yang sangat terpercaya. Sebab, godaan kalau menyangkut uang—apalagi kalau nilai order sudah makin besar—kadang bisa melenakan. Ini bukan menakut-nakuti, tapi agar bisa Anda antisipasi. Tentu, jangan pula menaruh curiga berlebihan.
Solusi: kalau bisa, jangan biarkan bisnis Anda “lepas” by system 100%. Artinya, Anda harus tetap memantau walau mungkin dari jarak jauh. Bisa kontrol dari sistem keuangan, kontrol dengan rajin berbincang bersama karyawan, atau model kontrol lain berdasar kesalingpengertian. Makin lama Anda menjalankan bisnis, sense untuk mencium gelagat kurang menyenangkan menyangkut etika bisnis dan kejujuran, biasanya akan makin terasah. Apalagi, kalau sudah pernah mengalami kejadian yang kurang mengenakkan.
4. Soal keikhlasan. Ini bukan soal spiritual semata. Tapi, ini adalah sebuah mental yang harus Anda persiapkan dalam menghadapi berbagai macam kejutan yang mungkin terjadi. Banyak kasus orang tertipu orang kepercayaan. Saat diurus, waktu dan uangnya malah tersita lebih banyak tanpa ada kejelasan. Akibatnya, bisnis malah tak bisa maksimal.
Solusi: relakan, lepaskan, ikhlaskan, dan biarkan proses berjalan. Mungkin, hilang sepuluh juta, bahkan hingga miliaran akan terasa menyakitkan. Tapi, jika Anda mau konsentrasi berpikir bahwa life must go on—biasanya—malah akan menemukan banyak cara untuk mendapatkan “ganti” uang yang hilang itu. Misal, dapat order baru, ada peluang baru, dan sebagainya. Kalau uang bisa kembali dan kasus bisa tertangani, anggap saja itu bonus.
5. Soal modal. Ini bukan semata wujudnya uang, tapi juga modal lain, seperti kepercayaan, modal relasi, modal waktu, modal tenaga, modal jaringan distribusi, dan sebagainya. Kadang, kita sudah menyiapkan itu semua dengan matang. Tapi, di tengah jalan, selalu saja ada kendala yang muncul.