Showing posts with label Khazanah. Show all posts
Showing posts with label Khazanah. Show all posts

Ingin Doa Terkabul? Berdoalah di 14 Waktu Berikut Ini.



“Wahai manusia, selagi engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, aku mengampuni dosamu dan tidak aku pedulikan lagi dosamu” (HR. At Tirmidzi, ia berkata: ‘Hadits hasan shahih’)
apakah memiliki keinginan yang belum terwujud? Sudahkah berdoa dan memohon pada Allah dengan merendahkan hati?


Sesungguhnya ada waktu-waktu tertentu yang mustajab, artinya ketika memohon pada Allah dalam doa di waktu tersebut, Insyaa Allah akan dikabulkan oleh-Nya.

Kapan sajakah 14 waktu yang dimaksud?

1. Saat adzan berkumandang
Dari Sahl bin Saad bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Ada dua yang tidak tertolak atau jarang tertolak: Doa pada saat adzan dan doa tatkala perang berkecamuk.” (HR. Abu Daud, Baihaqi, dan Hakim)


2. Doa di antara Adzan dan iqamah
Dari Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Doa antara adzan dan iqamah tidak ditolak, maka berdoalah kamu” (HR. Ahmad)


3. Sebelum Salam pada saat Shalat Wajib
“Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, kapan doa kita didengar oleh Allah? Beliau bersabda: “Diakhir malam dan diakhir shalat wajib” (HR. Tirmidzi, 3499)

Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Zaadul Ma’ad (1/305) menjelaskan bahwa yang dimaksud ‘akhir shalat wajib’ adalah sebelum salam. Dan tidak terdapat riwayat bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabat merutinkan berdoa meminta sesuatu setelah salam.


4. Di hari Rabu, antara Dzuhur dan Ashar
Sunnah ini belum diketahui oleh kebanyakan kaum muslimin, yaitu dikabulkannya doa di antara shalat Zhuhur dan Ashar dihari Rabu. Ini diceritakan oleh Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu:

“Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam berdoa di Masjid Al Fath 3 kali, yaitu hari Senin, Selasa dan Rabu. Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu diantara dua shalat. Ini diketahui dari kegembiraan di wajah beliau. Berkata Jabir : ‘Tidaklah suatu perkara penting yang berat pada saya kecuali saya memilih waktu ini untuk berdoa,dan saya mendapati dikabulkannya doa saya‘”

“Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu di antara shalat Zhuhur dan Ashar” (HR. Ahmad, no. 14603, Al Haitsami dalam Majma Az Zawaid, 4/15, berkata: “Semua perawinya tsiqah”, juga dishahihkan Al Albani di Shahih At Targhib, 1185)


5. Saat bangun tidur pada malam hari bagi orang yang sebelum tidur dalam keadaan suci
Dari Amr bin Abasah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang hamba tidur dalam keadaan suci lalu terbangun pada malam hari kemudian memohon sesuatu tentang urusan dunia atau akhirat melainkan Allah akan mengabulkannya.” (HR. Ibnu Majah)


6. Saat berbuka puasa bagi orang yang berpuasa
Dari Abdullah bin Amr Ash bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda,”Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa pada saat berbuka ada doa yang tidak ditolak” (HR.Ibnu Majah dan Hakim)


7. Doa pada waktu sujud dalam shalat
Doa di kala sujud yaitu sujud dalam shalat atau sujud-sujud lain yang diajarkan Islam seperti sujud syukur, sujud tilawah, dan sujud sahwi. Dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Saat yang paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah doa.” (HR. Muslim)


8. Saat sedang kehujanan
Dari Sahl bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dua doa yang tidak pernah ditolak, doa pada waktu adzan dan doa pada waktu kehujanan.” (HR. Hakim)


9. Saat Melihat Sakratul Maut
Dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah SAW mendatangi rumah Abu Salamah pada hari wafatnya, dan beliau mendapatkan kedua mata Abu Salamah terbuka lalu beliau memejamkannya, kemudian berkata, ”Sesungguhnya tatkala ruh dicabut, maka pandangan mata akan mengikutinya.” Semua keluarga histeris. Beliau lalu bersabda, ”Janganlah kamu berdoa untuk diri kalian kecuali kebaikan, sebab para malaikat mengamini apa yang kamu ucapkan.”(HR. Muslim)


10. Sesaat di Hari Jumat
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menyebutkan tentang hari  Jumat kemudian beliau bersabda: ‘Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta’. Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut” (HR. Bukhari 935, Muslim 852 dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu’anhu)


11. Pada malam Lailatul Qadar
Allah SWT berfirman, “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Q.S Al-Qadr :3-5)


12. Doa pada hari ‘Arafah
Dari Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya bahwa Rasulullah SAW bersabda,”sebaik-baik doa adalah pada hari ‘Arafah” (HR.Al-Tirmidzi)


13. Sepertiga akhir malam
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tuhan kita yang Maha Berkah dan Maha Tinggi turun ke langit dunia setiap malam pada sepertiga malam terakhir dan berfirman,“Barangsiapa berdoa kepada-Ku pasti Aku kabulkan, barangsiapa meminta kepada-Ku pasti Aku beri, dan barangsiapa yang memohon ampunan-Ku pasti Aku ampuni’” (HR.Bukhari)

Amr bin Abasah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Saat yang paling mendekatkan seorang hamba dengan Tuhannya adalah saat ia dalam sujudnya dan jika ia bangun melaksanakan shalat pada sepertiga malam yang terakhir. Karena itu, jika kamau mempu menjadi orang yang berzikir kepada Allah pada saat itu maka jadilah.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)


14. Saat Minum Air Zamzam
“Khasiat Air Zam-zam itu sesuai niat peminumnya” (HR. Ibnu Majah, 2/1018. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah, 2502)





Sumber : tersoorat.com/ 
editor : syariahbusiness.com

DEMI WAKTU SESUNGGUHNYA SEMUA ORANG MERUGI TOTAL, KECUALI





Banyak orang yang bersedih dan merasa rugi ketika gagal masuk ke sekolah favorit, gagal dalam bisnis, gagal meraih cita-cita dunia dan lain sebagainya. Tidak bisa dipungkiri ini memang kerugian yang harus diantisipasi. Namun jangan lupa bahwa disana ada kerugian yang berakibat sangat fatal dengan sakit yang tak terperikan yaitu kerugian akhirat. Kerugian yang diakibatkan oleh kekufuran, kesyirikan dan berbagai perbuatan maksiat lainnya yang berujung di neraka dan terhalang dari surga. Inilah kerugian hakiki.

Sebagian orang mengira, bahwa dengan beriman dia telah beruntung dan terhindar dari kerugian, meskipun tetap melalaikan kewajiban. Anggapan seperti ini tidak benar. Karena semua manusia itu merugi, kecuali yang memiliki empat sifat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran. [ al-‘Ashr/103: 1-3]

Syaikh Abdurrahmân bin Nâshir as-Sa’di rahimahullah berkata, “Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan menggunakan waktu yaitu malam dan siang, yang merupakan saat amal perbuatan seluruh hamba dilakukan, bahwa semua manusia itu merugi, tidak beruntung. Kerugian itu bertingkat-tingkat, ada rugi total, seperti orang yang rugi dunia dan akhirat, tidak masuk surga justru masuk neraka jahim; ada yang rugi dari satu sisi, tapi tidak dari sisi yang lain. Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwa kerugian itu menimpa semua orang, kecuali orang-orang yang memiliki empat sifat :

1. Beriman terhadap perkara yang diperintahkan oleh Allâh Azza wa Jalla supaya diimani. Dan iman itu tidak akan ada kalau tidak ada ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari iman. Iman tidak akan sempurna kecuali dengan ilmu.

2. Beramal shaleh. Ini mencakup seluruh perbuatan baik, yang lahir maupun yang batin, yang berkaitan dengan hak Allâh maupun hak para hambaNya, yang wajib maupun yang sunat.

3. Nasehat menasehati dengan al-haq. Al-haq adalah iman dan amal shalih. Maksudnya mereka saling menasehati, saling menganjurkan serta saling memberikan motivasi untuk melaksanakannya. Amar maruf nahi munkar.

4. Nasehat menasehati supaya tetap sabar dalam melaksanakan perbuatan taat, sabar menerima kepahitan resiko dakwah karena tidak semua orang suka dinasihati, juga bersabar dalam meninggalkan perbuatan maksiat dan sabar menerima takdir Allâh yang pedih.

Dengan dua (sifat) yang pertama, seseorang bisa menyempurnakan dirinya, dan dengan dua (sifat) berikutnya, dia bisa menyempurnakan orang lain. Berhasil menyempurnakan empat sifat di atas, berarti telah selamat dari kerugian dan meraih keberuntungan yang besar.” [TafsIr Taisir Karimir Rahman, surat al-‘Ashr ]

Menikahlah, Maka Engkau Akan Kaya


Hujan deras mengguyur bumi Surabaya saat pasangan suami istri itu sampai di jalan tol. “Dulu kita pernah mau ke toko buku seperti ini akhirnya kembali pulang karena hujan ya Dik,” kata sang suami sambil menyetir.

“Iya Mas. Bukan hanya sekali, tapi beberapa kali,” sahut istrinya sambil tertawa mengenang peristiwa itu.


Waktu awal-awal menikah, mereka memang hanya punya sebuah motor ‘butut’. Itu pun hadiah dari orang tua. Jika lupa membawa jas hujan, mereka berteduh di tepi jalan saat hujan lebat menghadang. Bahkan sekalipun membawa jas hujan, jika perjalanan yang ditempuh cukup jauh, mereka bisa terhalang dan membatalkan rencana bepergian.

Ketika menikah, ikhwan tersebut hanya bergaji Rp 650 ribu. Seperti kebanyakan aktifis dakwah saat itu, mereka tidak terlalu berpikir tentang bagaimana bisa hidup layak setelah menikah. Mereka pun makan seadanya. Tempe, tahu; yang penting bisa makan. Dalam setahun, lebih dari tiga kali listrik rumah kontrakan mereka diputus sementara oleh PLN karena telat membayar.

Seiring bertambahnya usia pernikahan mereka, Allah Subhanahu wa Ta’ala menambah rezeki mereka. Karir sang suami meningkat cepat. Prosentase gajinya naik melebihi teman-temannya yang lebih lama bekerja di sana. Lalu di tahun keempat, ia pindah kerja dengan penghasilan yang lebih tinggi. Kemudian Allah memberinya kemudahan merintis bisnis.

Kini, pasangan suami istri itu telah memiliki rumah sendiri. Dua rumah; satu atas namanya, dan satu lagi atas nama istrinya. Allah juga memberi mereka kendaraan dan melipatgandakan penghasilan mereka puluhan kali lipat. Hingga suatu saat, ikhwan tersebut berkata kepada salah seorang personil bendahara harakah di daerahnya: “Sekarang berapa infak tertinggi ikhwah kita, dan saya masuk peringkat berapa? Saya ingin berinfak paling besar diantara seluruh ikhwah kita, semoga Allah mengabulkannya”

وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur : 32)

Sungguh benar janji Allah: Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Jika mereka miskin, Allah yang akan membuat mereka jadi kaya.

Sebagai seorang mufassir yang sangat memahami Al Qur’an, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu memberikan nasehat berlandaskan janji Allah ini: “Carilah kecukupan dalam nikah.” Jika engkau ingin cukup, ingin kaya, maka menikahlah.

Ketika menafsirkan ayat di atas, Ibnu Katsir menceritakan kisah seorang laki-laki yang tidak memiliki apa-apa selain sehelai sarung yang dikenakannya. Ketika menikah, ia tidak memiliki barang apapun yang bisa digunakannya sebagai mahar. Bahkan cincin besi pun tak bisa ia dapatkan. Lalu oleh Rasulullah ia disuruh memberikan mahar berupa mengajari istrinya ayat-ayat Al Qur’an yang telah dihafalnya. Qadarullah, setelah menikah ia dapat mencukupi nafkah untuk keluarganya.

Rasulullah mempertegas janji Allah terhadap orang yang menikah ini dalam sabdanya:

ثَلَاثَةٌ كُلُّهُمْ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ عَوْنُهُ الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيدُ الْعَفَافَ وَالْمُكَاتَبُ الَّذِي يُرِيدُ الْأَدَاءَ

“Ada tiga orang yang berhak mendapatkan pertolongan Allah Azza wa Jalla, yaitu orang yang berjihad di jalan Allah, orang yang menikah karena menghendaki kesucian, dan budak mukatab yang bertekad melunasi kebebasannya” (HR. An Nasa’i)

Pasangan suami istri di awal tulisan ini telah merasakan pertolongan Allah tersebut. Jika sebelum menikah mereka menerima pemberian dari orang tua. Kini dengan izin Allah, gantian mereka yang memberi kepada orang tua.

Jadi, adakah yang masih takut menikah karena alasan ekonomi? Semoga tidak lagi. Sebab, Allah-lah Sang Maha Pemberi rezeki. 

 [Muchlisin BK/Keluargacinta.com]

( HIKMAH ) IMBALAN DARI KEKECEWAAN


Allah tidak akan menguji kita, di luar kemampuan kita. Itulah firman Allah yang tertulis dalam Al Quran yang mulia. Maka jika kita memang yakin dengan kekuasaan Allah, marilah dengan penuh kemaafan dan kemakluman, kita belajar mengobati luka kecewa itu, dan mendoakan semoga hal yang menjadikan kita kecewa, di lain hari bisa memuliakan kita, sebagai imbalan dari pikiran positif kita terhadap Allah.

Kecewa memang kadang menghadirkan kekosongan dalam jiwa kita. Dan proses pengosongan memanglah sangat menyakitkan. Tetapi, bukankah tanpa pengosongan tidak akan ada pengisian?

Kita kecewa bukan berarti Allah tidak sayang, akan tetapi pada hakikatnya Allah sudah menyiapkan ganti yang lebih berharga dibanding keinginan yang kita idam-idamkan dan tidak terwujud.

Dan satu- satunya yang harus kita lakukan, adalah percaya. Semoga kita termasuk pemilik hati dan laku yang selalu mengedepankan tentang berprasangka baik kepada Allah, yang maha menata takdir kita, dengan sedemikian baik. Aamiin.

DAHSYATNYA ISTIGHFAR 100 KALI SEHARI





    Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Saya punya kenalan seorang ustad yang sukses menjadi penolong banyak permasalahan orang. Mulai pingin jodoh, seret rejeki, hingga ingin punya anak. Ternyata saran dia sangat sederhana pada orang-orang tersebut, yaitu membaca ISTIGHFAR minimal 100x sehari….!

    Tahukah anda? Istighfar sama juga dengan sedekah. Pahala dan efek yang ditimbulkan dari amalan ini berhubungan erat dengan janji Allah. Allah telah menjanjikan hadiah bagi siapa saja yang membaca ISTIGHFAR. Janji Allah… adalah janji yang PASTI DITEPATI.
    Janji Allah pada orang yang senantiasa membaca ISTIGHFAR yang berhubungan dengan rejeki, anak, dan kebahagiaan dunia.

    Allah SWT berfirman :

    ”Maka aku katakan kepada mereka:”Mohonlah ampun (istighfar) kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS.Nuh: 10-12).

    Tahukah anda? Istighfar membuat Allah senang lho, sungguh rugi jika kita tidak mengucapkannya secara rutin setiap hari. Berikut ini sabda Rasulullah saw tentang hal itu.

    Rasulullah saw bersabda :

    “Sungguh, Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya daripada kegembiraan salah seorang dari kalian yang menemukan ontanya yang hilang di padang pasir.” (HR.Bukhari dan Muslim).

    Sabda Nabi Muhammad buat orang yang senantiasa membaca ISTIGHFAR :
    Rasulullah saw bersabda :

    ”Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka,”(HR.Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad).

    Dengan membaca beberapa uraian di Alqur’an dan hadist ini, saya sangat yakin dengan kebenaran cerita ustad kenalan saya itu. Bahwa istighfar adalah solusi 1001 masalah kehidupan bagi siapa saja.

    Tapi ada satu hal yang harus diingat, istighfar yang diucapkan bukanlah sekedar ucapan belaka. Harus didasari dari hati, merupakan ungkapan taubat dan permintaan maaf atas segala dosa-dosa kita kepada Allah SWT. Dan yang terpenting JANGAN MENGULANG DOSA YANG TELAH LALU.

    By Yusuf Mansur

Perjuangan Hidup seperti Kupu - Kupu


Kupu-kupu menjadi indah ketika ia mampu berjuang melepas diri dari kepongpong. Begitu juga hidup kita akan indah ketika kita mampu berjuang,melewati hal yang sulit dengan merendahkan hati hanya kepada-Nya. Allah tidak pernah menjanjikan pelayaran yang indah...
Tapi Allah menjanjikan pelabuhan yang teduh dan nyaman untuk meneguhkan setiap hati yang berharap hanya kepada-Nya...."


Suatu pagi seorang anak gadis berkata pada ibunya:
“Ibu,ibu selalu terlihat cantik, aku ingin seperti ibu, beritahu aku caranya.''

Dengan tatapan lembut dan senyum haru,sang ibu menjawab:
“Untuk bibir yang menarik,ucapkanlah perkataan yang baik, untuk pipi yang lesung tebarkanlah senyum ikhlas kepada siapapun, untuk mata yang indah menawan,lihatlah selalu kebaikan orang lain, untuk tubuh yang langsing sisihkanlah makanan untuk fakir miskin, untuk jemari tangan yang lentik menawan hitunglah kebajikan yang telah di perbuat orang kepadamu, untuk wajah putih bercahaya bersihkan kekotoran batin dengan berwudhu setiap saat, anakku.''


"Anakku, janganlah sombong akan kecantikan fisik, karena itu akan pudar oleh sang waktu, namun kecantikan perilaku akhlak tidak akan pudar walau oleh kematian menghampiri kemudian."

( from sahabat Anita )

Assalamu’alaikum Wr.Wb ..sahabat .met malem..tetap cumangeet…,
Sahabat sudah tentu kita ingin menjadi wanita muslim yg sholihah, salah satu nya agar kita berupaya selalu dengan rasa senang hati selalu menjaga hijabnya , jilbabku adalah nilaiku, lambang kepatuhan kita kepada perintah Allah. Penilaian hakiki hanya dari Allah, akan terpuaskan kita akan penilaianNya. Karena kita adalah berlian mahal yang tidak mudah terjamah oleh sembarang orang dan bukan batu kerikil yang banyak bertebaran di jalan-jalan dan mudah di pegang.


Sehingga dia tidak keluar kecuali dalam keadaan berhijab rapi, mencari perlindungan Allah dan bersyukur kepadaNya atas kehormatan yang diberikan dengan adanya hukum hijab ini, dimana Allah Subhaanahu wata’ala menginginkan kesucian baginya dengan hijab tersebut. Wanita sholeha adalah bidadari dunia dan Kalau pun kita wafat, semoga Allah akan menjadikan kita ratu bidadari di akhirat nanti…


"Dan (di dalam Surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan baik." (QS. Al Waqiah : 22-23)


Oh ya, Sahabat InsyAllah besok sabtut 29 juni 2013, Mey silaturahmi ke Makassar dalam rangka talkshow dengan tema "Fashion Perlambang Jiwa Dan Masa" pelksanaananya jam 09.00-16.00 Wib bertempat: Gedung Al-Baraqat Dkt Kampus UIN Alauddin Makassar untuk informasi pendaftaran bisa hubungi ke Cp: 085256271946 (Cenning), sahabat mohon do’a nya ..


“Man Jadda WaJada”

keanggunan yang terpancar dari dirimu muslimah
ketegasan jiwamu bak persai nan indah
kau hadirkan pesonmalu berbalut takwa
laksana syurga di dunia


keteguhan hatimu wanita muslimah
ketangguhan dirimu yang terbingkai soleha
perhiasan dunia tunduk pada yang kuasa
sejukmu menentramkan jiwa


engkau wanita syurga bidadari dunia
kehormatan kau jaga dengan penuh cinta
engkau wanita syurga bak permata berharga
berbinar indah dalam kesucian jiwa..
wanita surga bidadari dunia( wasubidu)
osd-shindy..album hijab I’m in love…


By : Ustadz Yusuf Mansur

INGATLAH ALLAH SAAT SUSAH MAUPUN SENANG


Orang bisa ingat Allah KALAU SEDANG SUSAH. Namun tidak sedikit yang akhirnya MELUPAKAN ALLAH ketika kesusahannya hilang. Jangan sampai sedang banyak orderan, bisnis sedang lancar, SHALATNYA JADI JARANG. 

Terus, begitu banyak duit, jadi DEKAT DENGAN PEREMPUAN, dekat DENGAN MAKSIAT, dan jadi mudah melangkah DENGAN MAKSIAT. Kalau kemarin jauh dari maksiat karena tidak ada duit, sekarang jadi dekat karena banyak duit.DEKATI ALLAH saat kita susah maupun lagi senang. Supaya Allah meridhai terhadap apa yang sudah kita dapatkan. 


Dan saat lagi susah, Allah pergilirkan kesusahan tersebut menjadi keadaan yang menyenangkan. Ibarat roda, kian lama kian berputar. Hingga suatu masa ia akan mendapatkan posisi yang di atas, dan pada suatu masa berikutnya, ia akan mendapatkan posisi yang di bawah. 

"Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami DALAM KEADAAN BERBARING, DUDUK ATAU BERDIRI, tetapi setelah KAMI HILANGKAN bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang SESAT), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu MEMANDANG BAIK APA YANG SELALU MEREKA KERJAKAN." (QS. Yunus [10] : 12)

Tetap BERTAWAKAL DAN BERSERAH DIRI kepada Allah, semoga Allah memberikan kita kesenangan baik di dunia ini, maupun di akhirat kelak. Aamiin...

Fadhilah Membahagiakan Orang Lain




Bahkan dalam kitab Qomi’uth Thughyan diceritakan, Ada orang yang berlumur dosa, namun kemudian Allah melebur dosa-dosanya. Baginda Nabi bertanya kepada malaikat Jibril “sebab apa gerangan Allah mengampuni dosa-dosa orang itu?” Jibril menjawab karena ia menyenangkan putranya dengan iamemberikan buah tangan ketika pulang dari bepergian 

 اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا. اَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ
فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.


Kami berwasiat kepada pribadi kami sendiri beserta Anda semua, mari kita bersama-sama meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan selalu berusaha menjalankan perintah-perintahnya dan menjahui larangan-larangannya.


عَنْ اَبِىْ مُوْسَى رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ، قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيُّ الْمُسْلِمِيْنَ اَفْضَلُ ؟
Suatu ketika, sahabat Abu Musa RA matur kepada Baginda Nabi Muhammad SAW “Ya Rasulullah, orang muslim seperti apa yang paling utama?”

"قال "مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ"  
Nabi bersabda “Muslim yang paling utama adalah seorang muslim dimana orang-orang muslim (lainnya) selamat dari keburukan mulut dan tangannya”.

Maksudnya, setiap muslim yang paling utama adalah seorang muslim yang tidak merugikan orang lain, baik melalui lisan atau tidakannya.
Dengan adanya hadis ini, maka, mari kita bermawas diri, introspeksi diri, bagaimana kita bertetangga, bermasyarakat, sudah benar apa belum, sudah menciptakan manfaat apa justru hanya membuat masalah yang merugikan orang lain.
Mari kita perbaiki hidup kita dengan cara membenahi cara kita berkumpul, sukur-syukur bisa memberi manfaat kepada orang lain.

Nabi Muhammad SAW bersabda
خَيْرُ النَّاسِ اَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Sebaik-baik orang adalah yang dapat memberi manfaat kepada sesama.
Lebih baik lagi jika kita mampu menciptakan kebahagiaan orang lain, menjadi orang yang melegakan semua pihak.

عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا  قَالَ : إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِنَّ اَحَبَّ الْاَعْمَالِ اِلَى اللهِ بَعْدَ الْفَرَائِضِ إِدْخَالُ السُّرُوْرِ عَلَى الْمُسْلِمِ.
Hadis riwayat Ibnu Abbas RA, bahwa Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda “sesungguhnya amal yang paling disukai Allah SWT setelah melaksanakan berbagai hal yang wajib adalah menggembirakan muslim yang lain.


Adapun cara membuat gembira bisa dengan tindakan yang bermacam-macam. Yang terpenting adalah selama tidak melanggar aturan syara’. Bisa dengan perkataan yang menyenangkan, bisa dengan sikap rendah hati, tidak merasa yang paling mulia sendiri, menghormati hak-hak orang lain dan sebagainya.

رُوِيَ، مَنْ اَدْخَلَ عَلَى مُؤْمِنٍ سُرُوْرًا، خَلَقَ اللهُ مِنْ ذَلِكَ السُرُوْرِ سَبْعِيْنَ اَلْفَ مَلَكٍ، يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Dalam kitab Al ‘Athiyyatul Haniyyah dijelaskan “Barang siapa yang membahagiakan orang mukmin lain, Allah Ta’ala menciptakan 70.000 malaikat yang ditugaskan memintakan ampunan baginya sampai hari kiamat sebab ia telah membahagiakan orang lain.
Bahkan dalam kitab Qomi’uth Thughyan diceritakan, Ada orang yang berlumur dosa, namun kemudian Allah melebur dosa-dosanya. Baginda Nabi bertanya kepada malaikat Jibril “sebab apa gerangan Allah mengampuni dosa-dosa orang itu?” malaikat Jibril menjawab

"لَهُ صَبِيٌّ صَغِيْرٌ، فَاِذَا دَخَلَ بَيْتَهُ يَسْتَقْبِلُهُ، فَيَدْفَعُ اِلَيْهِ شَيْئًا مِنَ الْمَأْكُوْلاَتِ اَوْ مَا يَفْرَحُ بِهِ، فَاِذَا فَرِحَ الصَّبِيُّ يَكُوْنُ كَفَّارَةً لِذُنُوْبِهِ.
Karena ia memiliki anak kecil, ketika pulang dari bepergian, saat ia masuk ke rumahnya, ia disambut putranya yang masih kecil, ia memberikan buah tangan yang membuat sang buah hati bahagia.
Kebahagiaan anak inilah yang mengakibatkan ia memperoleh “Kaffarotudz dzunub” dosa yang diampuni.
Hadirin jama’ah jum’ah yang mulia
Walhasil, kesimpulannya :
  1. Jangan sampai merugikan orang lain
  2. Sebisa mungkin kita berusaha menjadi orang yang dapat memberi manfaat kepada orang lain, membahagiakan orang lain, melegakan hati orang lain, menghormati hak-hak sesama.
Jika hidup kita demikian, artinya, menghormati hak-hak orang lain, berusaha membahagiakan sesama, insya Allah kita akan selamat, tentram dan dijauhkan dari hal-hal yang tak disukai.
Semoga Allah SWT membrikan ridlo kepada kita semua, hidup kita selalu dibina, dibimbing menuju ridlo-Nya, amin ya Robbal alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ فِى اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، اِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ.  اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، وَالْعَصْرِ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِىْ خُسْرٍ اِلاَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْ الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Khotbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
مَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

(KH. M. Shofi Al Mubarok Baedlowie/ulil)

Pesepakbola Muslim Itali Sumbangkan 60.000 Euro untuk Masjid

 
 
Striker handal Fiorentina Muhammad Salah telah memberikan sumbangan sebesar 60 ribu Euro (sekitar 800 juta rupiah) kepada masyarakat Muslim Florence di markas tim di wilayah Tuscany, untuk memperbaiki masjid di provinsi barat Italia itu, sebagaimana dilansir oleh WorldBulletin, Rabu (8/4/2015).

Salah, pemain Mesir yang pindah ke Fiorentina dari Chelsea Inggris, telah menjadi bintang besar di Liga Italia setelah mencetak 9 gol dalam 12 pertandingan.

Salah yang datang ke kota itu pada Februari lalu, merupakan pemain muslim pertama yang bertanya tentang lokasi masjid, menurut kepala Uni Masyarakat dan Organisasi Islam di Italia.

Italia memiliki populasi Muslim sekitar 1,7 juta termasuk diantaranya 20.000 muallaf, menurut angka yang dikeluarkan oleh Istat, badan statistik nasional.

Akan tetapi telah terjadi peningkatan kekerasan yang menargetkan mahasiswi Muslimah berkerudung. Menanggapi peningkatan serangan yang menargetkan mahasiswi Muslimah berkerudung, akhirnya kepala sekolah dari sebuah perguruan tinggi Italia Cervignano del Friuli telah melarang pemakaian kerudung saat belajar di kelas.
Striker handal Fiorentina Muhammad Salah telah memberikan sumbangan sebesar 60 ribu Euro (sekitar 800 juta rupiah) kepada masyarakat Muslim Florence di markas tim di wilayah Tuscany, untuk memperbaiki masjid di provinsi barat Italia itu, sebagaimana dilansir oleh WorldBulletin, Rabu (8/4/2015).
Salah, pemain Mesir yang pindah ke Fiorentina dari Chelsea Inggris, telah menjadi bintang besar di Liga Italia setelah mencetak 9 gol dalam 12 pertandingan.
Salah yang datang ke kota itu pada Februari lalu, merupakan pemain muslim pertama yang bertanya tentang lokasi masjid, menurut kepala Uni Masyarakat dan Organisasi Islam di Italia.
Italia memiliki populasi Muslim sekitar 1,7 juta termasuk diantaranya 20.000 muallaf, menurut angka yang dikeluarkan oleh Istat, badan statistik nasional.
Akan tetapi telah terjadi peningkatan kekerasan yang menargetkan mahasiswi Muslimah berkerudung. Menanggapi peningkatan serangan yang menargetkan mahasiswi Muslimah berkerudung, akhirnya kepala sekolah dari sebuah perguruan tinggi Italia Cervignano del Friuli telah melarang pemakaian kerudung saat belajar di kelas.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/04/10/pesepakbola-muslim-itali-sumbangkan-60-000-euro-untuk-masjid.html#sthash.7UAbytfp.dpuf

Ketika Hasan-Husain Menaiki Punggung Nabi




Menyayangi anak adalah sifat dan naluri yang dimiliki setiap orang tua. Tetapi, kasih sayang semacam apakah yang paling hakiki? Apakah dengan memanjakannya orang tua telah memenuhi tanggung jawabnya? Cerita dalam kitab Tanqih al-Qaul karya Syekh Nawawi al-Bantani berikut ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Suatu hari Abu Dzar dan sahabat-sahabat lainnya duduk berbicang dengan Rasulullah. Di tengah-tengah perbincangan, tiba-tiba kedua cucu beliau, Sayidina Hasan dan Husain, datang dan menaiki punggung kakeknya.

Setelah selesai bincang-bincang, Rasulullah pun meminta kepada kedua cucu kesayangannya untuk turun. “Wahai cucuku sayang, turunlah,” pinta Rasulullah.

Sayyinda Ali sebagai ayah menatap tajam kepada putra-putranya. Hasan dan Husain semakin takut dengan tatapan ayahnya tersebut, dan akhirnya keduanya turun dari punggung Rasulullah.

Rasulullah pun bertanya kepada kedua cucunya, “Kenapa kalian gemetar wahai cucuku?”

“Kami takut kepada ayah,” jawab polos Hasan dan Husain.

Sayidina Ali pun memberi pelajaran dengan memukul pelan paha kedua anaknya dan menasihati dengan nada sedikit tinggi, “Bersopan santunlah kalian ketika ada tamu, wahai putraku.”

Rasulullah pun berkata, “Wahai menantuku, Ali, janganlah kamu bentak Hasan dan Husain, karena mereka adalah buah hatiku.”

Ali pun langsung menundukan kepala dan berkata dengan penuh penghormatan, “Ya”.

Jibril datang dan menegur Nabi Muhammad. “Wahai Muhammad, tindakan Ali adalah benar.”

“Rawatlah, kasihlah nama yang bagus, dan perbaikilah gizi anak-anakmu, karena di akhirat nanti anak-anakmu akan memberi pertolongan,” pesan Malaikat Jibril.

Ketika mendengar teguran dan pesan tesebut, Rasulullah bersabda, “Wahai kaum muslimin, barang siapa yang diberi anak oleh Allah, maka wajib baginya mengajarkan sopan santun dan mendidiknya dengan baik. Bilamana hal itu dilakukannya, maka Allah akan menerima permohonan syafa’at anaknya. Tapi barang siapa yang membiarkan anaknya bodoh, tidak mengenal agama, suka melakukan pelanggaran serta tidak berakhlak, maka setiap pelanggaran dan dosa yang dilakukan anak-anaknya, orang tua ikut menanggungnya”. 

 (Ahmad Rosyidi)

Pelajaran Ranting Kecil dari Rasulullah




Ada peribahasa, sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit yang artinya sesuatu yang sedikit dan kecil, apabila dikumpulkan terus-menerus, lama-lama akan menjadi banyak dan besar pula. Peribahasa ini mungkin pas untuk menggambarkan kisah berikut ini.

Ketika Nabi Muhammad saw. melakukan perjalanan bersama para sahabat, mereka tiba di sebuah padang pasar nan gersang. Kebetulan, matahari juga tengah bersinar dengan teriknya. Rombongan tersebut kemudian memutuskan untuk beristirahat.

“Ayo, kumpulkan ranting-ranting kecil untuk memasak,” kata Rasulullah saw.

Salah seorang sahabat ada yang bingung dan berkata. “Ya, Rasulullah. Di tempat yang gersang seperti ini, tidak ada ranting sepotong pun,” sautnya.

“Carilah! Kalian akan mendapatkannya. Bawalah, walau kalian hanya menemukannya sebesar lidi,” jawab Nabi saw.

Mereka kemudian mencari ranting-ranting tersebut. Rupanya, memang benar ada pula ranting-ranting kecil yang bisa diambil. Setelah beberapa kali dicari dan dikumpulkan, maka jadilah, sebuah gundukan yang tinggi.

“Lihat gundukan itu!” kata Nabi saw.

“Awalnya hanya sebesar lidi. Namun, setelah dikumpulkan dan ditumpuk, bisa menjadi gundukan yang setinggi itu. Demikian halnya, dengan dosa-dosa kecil yang dilakukan manusia. Karena itu, jangan menyepelekan dosa kecil,” sabdanya. (Ajie Najmuddin)


Disarikan dari Sejarah Hidup Muhammad (karya Muhammad Husain Haekal) dan Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad saw (karya Al Hamid Al Husaini).

Ratusan Dhuafa' Terima Santunan dari Pesantren Tebuireng




Pesantren Tebuireng memberi perhatian kepada para dhuafa' yakni fakir miskin, janda, duda serta mereka yang berpenghasilan tidak tetap. Setiap tanggal 10, mereka dikumpulkan untuk mendapatkan santunan, pemeriksaan kesehatan dan kegiatan keagamaan.

Seperti yang dilakukan pada Jum'at (10/4) tadi pagi, ada sekitar 130 peserta yang mendapatkan bantuan uang tunai, dan pemeriksaan kesehatan. "Mereka adalah para fakir miskin dengan penghasilan tidak menentu, bahkan tidak sedikit yang memang tidak bekerja," kata Mohammad As'ad kepada media ini.

Mereka adalah masyarakat sekitar pesantren yang dikumpulkan di Masjid Ulil Albab yang masih berada di area Pesantren Tebuireng.

Acara yang dimulai jam 08.00 WIB ini diawali dengan Shalat Dhuha berjamaah. "Kemudian dilanjutkan dengan istigatsah dan ceramah agama," kata Pimpinan Umum Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LSPT) ini.

Tidak berhenti sampai di situ, para peserta yang kebanyakan adalah laki-laki dan perempuan jompo itu mendapatkan pemeriksaan kesehatan dan obat secara gratis. "Tenaga medis dan obat-obatan kami dapatkan dari Puskesmas Pesantren Tebuireng," katanya.

Di akhir kegiatan, para peserta mendapatkan santunan berupa uang tunai. "Ada yang jumlahnya seratus ribu hingga seratus lima puluh ribu rupiah," tandas alumni Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini.

Para fakir miskin tersebut terlebih dahulu diseleksi oleh tim survey dari LSPT. "Mereka yang akhirnya layak mendapatkan santunan adalah memang dari keluarga tidak mampu, berpenghasilan tidak tetap, hingga yang memang tidak mampu bekerja," ungkapnya.

Salah seorang penerima santunan, Arif Said (43) merasa terbantu dengan kegatan ini. "Alhamdulillah masih ada yang peduli dengan keadaan saya dan keluarga," kata bujangan yang tidak bisa melihat sejak tahun 1996 ini.

Ia yang hidup bersama Kasiani, ibunya, tidak bisa lagi bekerja. "Sejak tidak bisa melihat, saya nganggur dan tinggal bersama ibu di rumah," kata mantan karyawan salah satu Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ini.

Hal yang sama disampaikan Supiatun (55). Perempuan yang hidup dengan anak semata wayangnya di Karangloh Mojowarno ini adalah pekerja serabutan. "Penghasilan dan pekerjaan saya tidak pasti," katanya. Terkadang kesehariannya diisi dengan mencari barang bekas, buruh tani, dan pekerjaan kasar lainnya.

Penderitaan janda ini semakin berat lantaran harus menghidupi putrinya yang kini berusia 26 tahun. "Tapi anak saya memiliki kelainan mental sejak usia dua tahun," katanya.

Baginya, perhatian dari LSPT adalah anugerah yang sangat berharga dalam menutupi kebutuhan hidup yang semakin tinggi. Karena itu, bersama peserta yang lain, ia selalu menunggu tibanya setiap tanggal 10. "Bisa untuk beli beras dan kebutuhan hidup lain," ungkap peserta yang lain.

LSPT adalah lembaga sosial yang didirikan oleh Pesantren Tebuireng dalam menghimpun dana kotak amal di pesarean tersebut. Tidak hanya kegiatan santunan yang menjadi program prioritas lembaga ini.

"Ada juga bantuan untuk Taman Pendidikan al-Qur'an, mushalla serta masjid, bea siswa bagi orang anak kurang mampu, penerbitan buletin Jum'at, bank sampah, hingga layanan kesehatan dan mobil ambulance secara gratis.

Lembaga ini juga menjemput dana dari sejumlah donatur yang secara rutin memberikan bantuan. Kepada mereka, diberikan juga buletin bulanan yang berisi kegiatan LSPT serta laporan keuangan selama satu bulan. (Syaifullah/Abdullah)

Berpikir dan Bertindak Sederhana untuk Membangun Masyarakat yang Sehat





Dalam membangun pola hidup sederhana ( إقامة المجتمع المقتصد - Iqamatul mujtama’ al-muqtashid) baik sederhana dalam pola berpikir, dalam tindakan dan tingkah laku. Sesungguhnya kehidupan yang sederhana diawali dari tindakan yang sederhana. Tindakan yang sederhana diawali dari ucapan yang sederhana, dan ucapan yang sederhana bersumber dari pola pikir yang sederhana. Dan pola pikir sederhana adalah memikirkan sesuatu yang bermanfaat, dan menjauhkan diri dari sesuatu yang dinilai tidak perlu.   

اَلحمد للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا. اَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Khotbah kali ini merupakan keterangan panjang dari satu hadits yang sangat pendek sekali, tentang anjuran meninggalkan segala centang preneng yang tidak penting. Menghindarkan diri dari segala macam hal yang bersifat skunder dan mementingkan yang primer. Inilah yang oleh Ibn Rajab dinilai sebagai akar dari hadits pendidikan. Yaitu hadits yang berupa ajaran dasar yang harus difahami dan diamalkan oleh seorang muslim. Hadits pendek itu berbunyi:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه ) حديث حسن رواه الترمذي وغيره
Salah satu tanda kesempunaan islamnya seseb orang adalah meninggalkan segala yang dinilai tidak perlu. 

Hadits yang tergolong pendek ini memuat beberapa hikmah yang sangat luas. Dalam kitab al-Wafi fi Syarahil Arbain an-Nawawi, Musthafa  al-Bugha menjelaskan bahwa sebagian ulama mengatakan inilah hadits yang muatan isinya setengah dari ajaran agama. Karena agama sejatinya berisikan tentang laku yang berasal dari perintah dan tinggal yang berasal dari larangan. Sedangkan hadits ini merupakan sumber dari pemahaman segala larangan. Larangan berbuat sesuatu yang tidak penting, baik tidak penting dari tinjauan dunyawi maupun ukhrawi.

Ma’asyiral Muslimin Rahimkumullah
Marilah kita refleksikan hadits ini dalam kehidupan masing-masing diri kita. Benarkah selama ini kita telah mengamalkannya, dengan meninggalkan segala yang terasa tidak perlu? Ataukah malah sebaliknya mementingkan segala yang tidak penting? Berapakah HP yang kita miliki, apakah kecanggihan dan harga mahal itu seseuai dengan kebutuhan kita? Benarkan kita membeli HP karena terjadi kerusakan ataukah karena gengsi dan mengikuti arus trend pasar? Berapakah motor yang kita punya? Benarkah anak kita yang berada di SMP benar-benar memerlukan motor? Ataukah itu sekedar menuruti gengsi saja? Berpakah baju koko yang kita punya dan seberapa rajin kita shalat? dan seterusnya. deretan ini masih bisa diperpanjang hingga tak terhingga. Dan semoga kita segera bersadar bahwa apa yang kita lakukan jauh dari aplikasi hadits ini. Meninggalkan apa yang tidak perlu.

Jama’ah jum’ah yang Berbahagia
Hadits ini dapat dijadikan inspirasi dari tiga hal besar, pertama; membangun masyarakat sosial yang idealis (إقامة المجتمع الفاضل iqamatul mujtama’ al-fadhil). Islam sangat menjaga akan kesehatan sosial kemasyarakatan. Diantara ciri-ciri masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang hidup dengan tatanan yang rapi. Masyarkat yang saling menghargai kepentingan dan kebutuhan yang lain. Sehingga kepentingan seseorang tidak akan mengganggu kebutuhan orang lain. Demikian pula dengan kebebasannya, tidak akan melanggar kebebasan orang lain. Hal ini bisa tercapai jika seorang individu berkonsesntrasi dan bertindak dalam batas kepentingannya masing-masing, jika individu tidak ada keinginan untuk mengurus urusan orang lain yang sebenarnya tidak perlu baginya. Karena jika diamati virus sosial itu bermula dari ketumpang tindihan (at-tadakhul) yang membuat kehidupan makin semrawut secara sosial dan sangat merugikan secara mental. Bukankah perasaan ingin tahu dengan keadaan orang lain awal dari hasud, iri dan dengki. Penyakit hati yang akut dan berbahaya.

Kedua, membangun pola hidup sederhana ( إقامة المجتمع المقتصد - Iqamatul mujtama’ al-muqtashid) baik sederhana dalam pola berpikir, dalam tindakan dan tingkah laku. Sesungguhnya kehidupan yang sederhana diawali dari tindakan yang sederhana. Tindakan yang sederhana diawali dari ucapan yang sederhana, dan ucapan yang sederhana bersumber dari pola pikir yang sederhana. Dan pola pikir sederhana adalah memikirkan sesuatu yang bermanfaat, dan menjauhkan diri dari sesuatu yang dinilai tidak perlu.   

Memang, sepintas lalu keterangan ini bersifat sangat individualis. Tetapi apabila difahami secara mendalam tidak demikian. Karena kesibukan seorang muslim pada dirinya sendiri -dalam hadits ini- tidak lain adalah kesibukan menata diri agar siap menghadapi masyarakatnya. Karena masyarakat yang sehat diawali oleh individu-individu yang sehat pula. Dengan kata lain, untuk membangun masyarakat yang islami, tentunya harus bermodal dari individu yang islami pula. Individu-individu yang saleh akan memiliki standar penilaian terhadap realita yang sama. Sesuatu yang bernilai negatif pasti disepakati kenegatifannya, begitu juga yang baik pasti mutlak disepakati kebaikannya. Inilah yang dimaksud oleh Rasulullah saw dalam salah satu haditsnya:

عن معاذ :أنه سأل النبي صلى الله عليه وسلم عن أفضل الإيمان ، فقال أن تحب للناس ما تحب لنفسك ، وتكره لهم ما تكره لنفسك
Sesungguhnya Rasulullah saw pernah ditanya tentang iman yang utama, maka beliau menjawab “apabila Engkau menyukai orang lain sebagaimana engkau menyukai diri sendiri, dan membenci mereka sebagaimana engkau membeci dirmu sendiri”
Secara tidak langsung hadits ini ingin mengatakan bahwa iman yang utama akan menyamakan standar nilai kebaikan bagi diri pribadi dan orang lain. Apa yang buruk bagi kita pastilah buruk bagi masyarakat dan begitupun sebaliknya.

Ketiga, membangun masyarakat yang beiman (religius) bukan individualis (إقامة المجتمع الإيماني لا الأناني  iqamatul mujtama’ al-iymany lal ananiy). Secara teoritis mempertentangkan individualis dengan religius adalah kurang tepat. Akan tetapi karakter religius pasti bertentangan dengan karakter individualis. Mengutamakan kepentingan bersama dan mengalahkan kepentingan pribadi adalah syarat mutlak sempurnanya iman seseorang. Sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadits yang berbunyi:
 ترى المؤمنين في توادهم وتعاطفهم وتراحمهم مثل الجسد إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد بالحمى والسهر".
“engkau melimat orang-orang yang beriman saling mencintai dan menyayangi seperti hanya satu badan yang apabila salah satu anggot badannya mengalami luka akan sekujur badan terasa meriang dan panas”

Begitu juga sebaliknya, seorang hamba yang di hatinya tidak ada rasa iman, pastilah tiada pula rasa sayang kepada sesama, porsi kebencian lebih dominan dari pada rasa sayang. Yang ada di dalam pikirannya adalah upaya mensejahterakan diri dan keluarganya. Usahanya adalah menumpuk kekayaan demi kesejahteraan anak, cucu hingga tujuh turunan. Masa bodoh dengan tetangga, masa bodoh dengan anak-anak kaum buruh yang bekerja di pabriknya. Dia merasa sudah cukup dengan memberi gaji bulanan. Padahal keringat para buruh itulah yang melipat gandakan keuntungannya. Na’udzu billahi min dzalik. Bukankah masyarakat seperti ini yang sedang merebak di sekeliling kita dengan berbagai farian dan ukuran yang berbeda?
Sesungguhnya seseorang yang mementingkan diri sendiri (Individulis) pastilah terjebak dalam pola pikir materialistik apapun diukur dengan harta dan benda. Sehingga dalam upaya melanggengkan harta bendanya itu mereka akan bertindak sebagai seorang kapitalis yang berdasar pada kaidah ‘mengambil untung sebanyak-banyaknya dengan modal sesedikit mungkin’.
Para Jama’ah Jumah yang berbahagia
Seseungguhnya hal-hal seperti ini bisa kita hindarkan dengan berpegang pada satu hadits yang sungguh mudah di hafal  من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه Salah satu tanda kesempunaan islam seseorang adalah meninggalkan segala yang dinilai tidak perlu.
Demikianlah khutbah jum’ah kali ini semoga membawa banyak manfaat bagi diri khatib dan kita semua. Amin
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ فِى اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، اِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ.  
 Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

(ulil)

Sampainya Pahala Quran dan Dzikir Kepada Mayit




Dua ahli hadis terkemuka dalam syarah al Bukhari dan Muslim, yakni Al Hafidz Ibnu Hajar dan Imam Nawawi menegaskan manfaatnya bacaan Quran dan Dzikir untuk mayit. 

Dalam hadis sahih yang menyatakan Rasulullah membelah pelepah kurma menjadi. 2 lalu diletakkan di masing masing kubur, Nabi bersabda: "Semoga diringankan siksa keduanya, selama kedua pohon masih basah" (HR Syaikhoni) 

Menurut Ibnu Hajar: "seperti hal nya pohon, dzikir dan bacaan Quran lebih utama" (Fathul Bari Syarah Sahih Bukhari) 


Imam Nawawi: "Ulama menganjurkan baca Quran di Kuburan berdasarkan hadis ini. Sebab jika ada harapan siksa kubur diringankan dengan tasbihnya pelepah kurma, terlebih lagi bacaan Quran" (Syarah Shahih Muslim).



Oleh : Ma'ruf Khozin

KH Anwar Zahid: Islam Bukan Agama Fenomena


Islam bukan agama fenomena yang hanya diamalkan dan dimunculkan dalam waktu-waktu tertentu saja. Karena itu, untuk menjadi Islam harus istiqomah dan kontinu, jangan temporer.

Demikian disampaikan KH Anwar Zahid saat mengisi pengajian di lapangan Kampung Serdang Kuring Kecamatan Bahuga Kabupaten Waykanan Provinsi Lampung yang dihelat Lembaga Persatuan Tokoh Islam (LPTI) Walisongo, Selasa (7/4).

Pengasuh Pondok Pesantren Attarbiyah Islamiyah Assyafi'iyah Bojonegoro Jawa Timur itu menambahkan, Islam itu harus kafah atau menyeluruh, dari bangun sampai tidur, ucapan, perilaku, tingkah lakunya harus bernapaskan nilai-nilai ajaran Islam.

"Dari ujung rambut atau 'the unyeng-unyeng', sampai ujung kaki atau 'the tungkak' harus melaksanakan nilai-nilai ajaran Islam, bukan hanya menonjolkan simbol-simbol Islam," tegas alumni Ponpes APTQ Sampurnan Bungah, Gresik, Jatim ini.

Menurutnya, agama itu harus digendong, seperti apa yang dikatakan Mbah Surip dalam lagunya, harus senantiasa digendong kemana-mana. Kenapa orang keliru, korupsi merajalela, ini karena agama tidak digendong.

“Apa lanjutnya kata Mbah Surip? Enak tho? Manteb tho?" terang Kiai Anwar.

Hadir pada kegiatan itu, Ketua PCNU Waykanan, KH Nur Huda, Ketua DPRD Waykanan Raden Adipati Surya, Ketua TP PKK Dr Rina Marlina, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Gino Vanollie. Terlihat pula puluhan anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) terlibat mengamankan lokasi dan kegiatan. (Gatot Arifianto/Fathoni)

Bolehkan Aqiqah Diganti dengan Uang?




Assalamu’alaikum wr. wb. Pak ustad yang baik hati, saya mau menanyakan mengenai hal yang terkait dengan aqiqah. Kalau anak laki-laki itu dua kambing, sedang jika anak perempuan itu satu kambing. Yang ingin saya tanyakan apakah boleh jika kambing yang untuk aqiqah itu saya uangkan, kemudian uang tersebut dibagikan kepada faqir-miskin sebagai aqiqah. Artinya, aqiqahnya bukan pakai kambing, tetapi uang yang senelai dengan kambing tersebut. Saya mohon penjelasan dari pak ustad, dan atas penjelasannya saya ucapkan terimakasih. Wassalamu’alaikum wr. Wb (Ahmad/Purwodadi)    
--

Assalamu’alaikum wr. Wb.
Penanya yang budiman, semoga selalu dirahmati Allah swt. Sebagaimana yang kita pahami, bahwa aqiqah adalah hewan yang disembelih sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah swt atas karunia-Nya, yaitu berupa lahirnya anak baik laki-laki atau perempuan.
Jadi, pada prinsipnya aqiqah merupakan salah satu bentuk taqarrub dan wujud rasa syukur kita kepada Allah swt, yang dalam konteks ini adalah menyembelih dua kambing jika anak yang lahir adalah laki-laki, dan satu kambing apabila perempuan.

Mengenai status hukum aqiqah menurut Zakariya al-Anshari adalah sunnah muakkadah dengan didasarkan kepada sabda Rasulullah saw sebagai berikut. 

اَلْغُلَامُ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ وَيُسَمَّى
“Seorang bayi itu tergadaikan dengan aqiqahnya, pada hari ketujuh disembelih hewan, dicukur rambutnya dan diberi nama” (H.R. Ahmad dan at-Tirmidzi).

Kandungan hadits ini menurut Zakariya al-Anshari adalah anjuran untuk mempublikasikan kebahagian, kenikmatan, dan nasab. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa aqiqah itu hukumnya sunnah muakkadah, dan tidak wajib karena ada hadits yang mengatakan,’Barang siapa yang senang (ingin) beribadah untuk anaknya maka lakukanlah’. Alasan lain yang menunjukkan bahwa aqiqah itu tidak wajib adalah bahwa yang dimaksud dengannya adalah mengalirkan darah bukan karena melakukan pelanggaran dan bukan pula nadzar.

وَالْمَعْنَى فِيهِ إظْهَارُ الْبِشْرِ وَالنِّعْمَةِ وَنَشْرِ النَّسَبِ. وَهِيَ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ وَإِنَّمَا لَمْ تَجِبْ لِخَبَرِ أَبِي دَاوُدَ: “مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْسُكَ عَنْ وَلَدِهِ فَلْيَفْعَلْ” وَلِأَنَّهَا إرَاقَةُ دَمٍ بِغَيْرِ جِنَايَةٍ ، وَلَا نَذْرٍ فَلَمْ تَجِبْ كَالْأُضْحِيَّةِ

“Makna yang terkandung dalam hadits tentang aqiqah ini adalah anjuran mempublikasikan kebahagian, kenikmatan, dan nasab. Status hukum aqiqah itu sendiri adalah sunnah muakkadah, dan tidak wajib karena ada hadits yang diriwayatkan Abu Dawud, ‘Barang siapa yang senang (ingin) beribadah untuk anaknya maka lakukanlah”. Di samping itu alasan lain yang menunjukkan bahwa aqiqah itu sunnah adalah karena yang dimaksudkan dengan aqiqah adalah mengalirkan darah bukan karena melakukan pelanggaran dan bukan pula nadzar. Karenanya tidak wajib sebagaimana udhhiyyah (kurban)” (Lihat Zakariya al-Anshari, Asna al-Mathalib Syarhu Raudl ath-Thalib, Bairut-Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, cet-1, 1422 H/2000 M, juz, 1, h. 547)       
Sedangkan daging aqiqah dibagikan kepada fakir-miskin agar bisa membawa keberkahan kepada si anak yang diaqiqahi, dan sebaiknya daging tersebut dibagikan dalam kondisi sudah dimasak. Demikian menurut pendapat yang paling sahih (al-ashshah).

وَيُفَرَّقُ عَلَى الْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ لِتَعُودَ الْبَرَكَةِ عَلَى الْمَوْلُودِ وَيُسْتَحَبُّ أَنْ لَا يُتَصَدَّقَ بِهِ نِيئًا بَلْ مَطْبُوخًا عَلَى الْأَصَحِّ
“Daging aqiqah dibagikan kepada orang-orang fakir-miskin agar berkahnya kembali ke si anak, dan disunnahkan tidak disedekahkan dalam kondisi masih mentah, tetapi sudah matang (siap dimakan). Demikian ini menurut pendapat yang paling sahih” (Taqiyyuddin Abu Bakr bin Muhammad al-Husaini, Kifayah al-Akhyar fi Halli Ghayah al-Ikhtishar, Surabaya-Dar al-‘Ilm, tt, juz, 2, h. 196)

Lantas bagaimana jika aqiqah itu diganti dengan uang? Jawaban kami atas pertanyaan ini adalah bahwa aqiqah tidak bisa digantikan dengan uang. Sebab, sejatinya aqiqah adalah mengalirkan darah atau menyembelih hewan. Yaitu, dua kambing untuk anak laki-laki, dan satu kambing untuk anak perempuan. Dan ini termasuk salah bentuk taqarrub atau ibadah yang status hukumnya adalah sunnah muakkadah. Dalam sebuah hadits shahih dikatakan;

مَعَ الْغُلاَمِ عَقِيقَةٌ فَأَهْرِيقُوا عَنْهُ دَمًا ، وَأَمِيطُوا عَنْهُ الأْذَى
“Bersama seorang bayi itu ada aqiqah, maka alirkan darah untuknya (aqiqah), dan singkirkan hal yang mengganggunya (mencukurnya).” (H.R. Bukhari)

Demikian jawaban yang dapat kami kemukakan. Semoga bisa dipahami dengan baik. Bagi orang tua yang yang anaknya belum diaqiqahi maka sebaiknya kalau sudah dapat rejeki segera diaqiqahi. Dan kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,
Wassalamu’alaikum wr. wb

(Mahbub Ma’afi Ramdlan)